TEMPO.CO, Banyuwangi - Empat dari enam jenazah tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Banyuwangi, Jawa Timur, yang tewas di Malasyia akhirnya tiba di rumah duka, Sabtu, 21 September 2013. Sebelumnya, seluruh jenazah telah berada di Negeri Jiran itu selama 10 hari.
Seluruh jenazah tiba di rumah duka pada Sabtu dinihari, sekitar pukul 01.15 WIB. Kedatangan jenazah yang diangkut ambulans dari Surabaya tersebut disambut tangis histeris keluarga.
Keempat korban tewas itu adalah Zainal Abidin, 24 tahun; Muhammad Robert Mukhyar, 28 tahun; dan Anwar, 25 tahun. Ketiganya berasal dari Dusun Barurejo, Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru. Satu lagi, Imron Kurnova asal Dusun Terongan, desa/kecamatan yang sama. Mereka dimakamkan di tempat pemakaman umum setempat pada pukul 07.00 WIB.
Muhammad Musa Ali Imron, paman seluruh korban, mengatakan dua jenazah lagi, yakni Muhammad Sofyan dan Surasman, diperkirakan akan tiba Minggu dinihari nanti, 22 September 2013. Muhammad Sofyan berasal dari Desa Kajarharjo, Kecamatan Glenmore. Sedangkan Surasman dari Jember, Jatim. "Saat ini masih diterbangkan dari Malaysia ke Surabaya," kata dia kepada wartawan, Sabtu, 21 September.
Enam korban meninggal itu, kata Musa, masih bersaudara, termasuk delapan TKI yang mengalami luka berat akibat kecelakaan pada Rabu lalu, 11 September itu. Mereka telah berada di Malasyia antara 10 bulan hingga dua tahun, bekerja di salah satu perusahaan kontruksi. "Ada 14 keponakan saya yang bekerja di Malasyia," kata dia.
Zainuddin, paman korban lainnya, menceritakan sebelum bekerja ke Malaysia, seluruh korban itu bekerja sebagai buruh perkebunan cokelat dan tembakau. Dengan gaji hanya Rp 22 ribu per hari, keluarga mereka hidup miskin. Sekitar 2011, Robert memutuskan ke Malaysia. Dia bekerja memasang instalasi pemadam kebakaran di perusahaan-perusahaan. "Robert akhirnya bisa membangun rumah sendiri dan beli sepeda motor untuk keluarganya di Banyuwangi," kata dia.
Melihat kehidupan Robert yang berubah, kata Zainuddin, satu-persatu sepupunya akhirnya ikut ke Malaysia. Beberapa dari mereka membawa istri masing-masing untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mereka datang ke Malasyia menggunakan visa kunjungan. Setelah sampai di Malasyia, mereka kemudian membuat surat izin kerja dengan biaya 1.500 ringgit. "Mereka terpaksa berutang ke tetangga supaya bisa pergi ke Malasyia," ujar Zainuddin.
Lalu tibalah hari nahas itu, ketika mereka menumpang minibus perusahaan usai bekerja. Minibus tersebut mengalami kecelakaan di KM 52 Jalan Raya Bintulu Miri, Serawak, Malaysia, pada Rabu dinihari, 11 September 2013. Kelima TKI langsung meninggal di tempat dan delapan lainnya mengalami luka berat. Sepekan kemudian, satu korban luka berat, yakni Muhammad Sofyan, meninggal dunia.
Muhammad Musa berharap perusahaan tempat korban bekerja bisa membayarkan asuransi. "Seluruh korban yang meninggal itu tulang punggung keluarga," katanya.
IKA NINGTYAS
Terhangat:
Penembakan Polisi | Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Mobil Murah
Baca juga:
Satu Pelaku Penembakan Briptu Ruslan Ditangkap
Ahok Melunak Soal Mobil Murah Usai Bertemu Wapres
Surat Terbaru Vicky Prasetyo Diduga Palsu
Anak Korban Penyekapan: Ayah Kepalanya Gundul