TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan mobil murah kini menjadi kontroversi. Apa kata warga Jakarta soal mobil murah? Adhitya Wiraguna, karyawan perusahaan yang bergerak di bidang IT, mengaku belum berniat membeli mobil murah. "Kalau orang pada beli mobil karena murahnya bukan karena butuhnya, ya, bisa jadi tambah macet Jakarta," kata pria 30 tahun tersebut kepada Tempo melalui pesan pendek pada 19 September 2013. (Baca: Mobil Murah Cuma Trik Dagang)
Dia juga mengatakan bahwa dirinya tidak selalu menggunakan mobil. Mobil hanya digunakannya untuk jalan-jalan pada hari-hari tertentu. Sedangkan untuk ke kantor, dia masih setia menggunakan transportasi publik. "Meskipun mobil murah dan irit, tetap saja capek nyetir sambil macet-macetan," kata Adhitya.
Dia juga kurang setuju jika mobil murah tersebut dijual di luar Jakarta. "Kalau dijual di luar Jakarta, nanti daerah lain ikut macet juga seperti Jakarta," kata Adhitya.
Senada dengan komentar Adhitya, rekannya satu kantor bernama Dipta Yanu Arsanto, 26 tahun, mengatakan bahwa dirinya juga tidak setuju dengan aturan mobil murah. "Saya sangat tidak setuju dengan aturan mobil murah. Harga mobil harusnya dibuat mahal dan anggarannya dipusatkan untuk transportasi umum," kata Dipta.
Dipta juga mengatakan bahwa aturan mobil murah sangat bertolak belakang dengan cita-cita warga Jakarta yang ingin kotanya seperti Singapura atau Kuala Lumpur. Menurut dia, untuk merealisasikan cita-cita tersebut, semua warga Jakarta harus beralih ke moda transportasi umum. "Bukan jadi dipermudah membeli mobil dengan aturan ini," kata Dipta.
Dipta juga mendukung pendapat Adhitya agar mobil murah tidak dijual di daerah lain. "Kala saya pribadi, say no to LCGC in Jakarta, atau Jawa sekalian," kata Dipta.
Lain lagi dengan komentar Wenes Widiyani, karyawati perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur. Wenes mengatakan berminat untuk membeli mobil LCGC, namun hanya digunakan di kampung halamannya. "Kalau Jakarta itu butuh transportasi publik yang lebih banyak, bukan mobil pribadi," kata Wenes.
Wenes juga menyoroti kekurangan tempat parkir di Jakarta. "Mau ditaruh di mana jika tiba-tiba ada ledakan jumlah mobil," kata Wenes.
Sementara itu, Riki, 24 tahun, karyawan perusahaan asuransi, mengatakan bahwa dia berminat untuk membeli mobil murah. "Kapan lagi coba," kata Riki. (Baca: Jumpa Boediono, Ahok Melunak Soal Mobil Murah)
Namun, Riki menyarankan, jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ingin mengimbangi pembelian mobil murah, transportasi publik harus dibenahi. Dimulai dari pelayanan bus Transjakarta yang harus diperbagus, pembangunan monorel dan MRT dipercepat, hingga penerapan sistem genap-ganjil dan jalan berbayar. "Jangan cuma jadi wacana. Kalau memang mau diterapkan, terapkan mulai sekarang," kata Riki. (Baca: Jokowi: Jakarta Paling Terkena Dampak Mobil Murah)
RIZKI PUSPITA SARI
Berita Lainnya:
Ngaku di Singapura, Nikita Mirzani Cuit dari Grogol
Vanny Lega Freddy Kembali ke Nusakambangan
Mobil Habibie Diserempet, Ini Jawaban Polda
Kenapa BlackBerry Melepas BBM?
BBM Terbuka di Android, Penjualan BlackBerry?