TEMPO.CO, Sorong - Polisi pemilik rekening gendut Labora Sitorus selama ini selalu disebut berpangkat ajun inspektur satu. Sejak ditangkap pada Mei 2013 lalu, Kepolisian tak pernah mengkoreksi pangkat Labora kendati media selalu menulis wiptu.
Ketika ditemui oleh wartawan Tempo Bobby Chandra, Kamis pekan lalu, Labora mengaku pangkatnya belum sampai aiptu. "Pangkat saya sebenarnya masih bripka," kata Labora yang ditemui di suatu tempat di Kota Sorong, Papua Barat. Labora, yang sudah 25 tahun menjadi polisi, maklum soal salah sebut pangkat itu. "Karena seumuran saya sudah banyak yang aiptu, saya ikut-ikut dipanggil aiptu," ujarnya.
Dalam jenjang karier Kepolisian, pangkat aiptu setingkat lebih tinggi dari bripka. Pangkat ini bisa diketahui dari tanda yang ada di pundak polisi berseragam. Pangkat bripka ditunjukkan oleh empat balok patah di tengah, sementara aiptu dua balok bergerigi.
Setelah kasusnya terungkap, Labora Sitorus mengaku trauma jadi polisi. Nama dan kariernya dalam bisnis penjualan kayu hancur setelah kasusnya terungkap. Pembekuan aset membuat Labora yang tadinya kaya raya jadi miskin. Saat ini, bapak lima anak ini meninggalkan utang bisnis Rp 10 miliar.
Labora Sitorus menyebut Polri turut andil menghancurkan karier dan namanya. Oleh sebab itu, meski belum dikeluarkan dari Kepolisian, ia mengaku sudah takut jadi polisi lagi.
"Lebih baik saya jadi miskin atau mendingan saya jual tomat di pasar," kata Labora.
Laporan dan wawancara lengkap dengan Labora bisa dilihat di majalah Tempo edisi 23-28 September yang terbit pekan ini. (Baca: Labora Sitorus: Saya Mau 'Dibunuh' Atasan )
BOBBY CHANDRA / ANANDA BADUDU
Baca Sebelumnya:
Bripka Labora Trauma Jadi Polisi
Bripka Labora : Saya Dirampok Atasan
Kapolda Papua Bantah Terima Uang Labora Sitorus