TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan Partai Golongan Karya saat ini mengulang kesalahan yang sama yang menyebabkan mereka kalah di pemilihan umum 2009 lalu. Kesalahan yang berulang itu adalah mesin partai yang tidak solid.
"Ini problematika Golkar. Mereka punya terlalu banyak patron sehingga tidak solid," kata Yunarto ketika dihubungi, Ahad, 22 September 2013.
Dia mengatakan pada 2004, Wiranto sebagai pemenang konvensi Golkar gagal menjadi calon presiden karena Jusuf Kalla juga maju menjadi cawapres Yudhoyono. Sementara pada 2009, Jusuf Kalla kalah karena mesin partai itu justru banyak yang diam-diam menyeberang ke kubu Susilo Bambang Yudhoyono atau Megawati Soekarnoputri.
Saat ini, kata Yunarto, Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie melakukan kesalahan yang sama dengan memaksakan kehendaknya menjadi calon presiden. Tanpa konsulidasi yang kuat, Aburizal memaksakan diri menjadi calon tunggal yang diusung Golkar. Padahal, di dalam Golkar ada banyak faksi yang patut diperhitungkan seperti kelompok Agung Laksono, Akbar Tanjung, Ginanjar Kartasasmita, dan Jusuf Kalla.
"Dia menang secara legal, tapi secara de facto Ical banyak yang menentang," kata Yunarto. Apalagi, kata dia, Aburizal mempunyai rekam jejak yang buruk dan elektabilitas yang rendah.
Bila elektabilitas Aburizal lebih tinggi daripada Golkar, adanya penentang di internal tak menjadi masalah, namun ini sebaliknya. Akibatnya, elektabilitas Golkar sulit membesar karena tertahan oleh elektabilitas Aburizal.
Yunarto mengatakan ada dua cara yang bisa dilakukan Golkar untuk membenahi masalah ini. Pertama, membentuk tim pemenangan untuk pemilu legislatif yang terpisah dengan tim pemilu presiden. Cara kedua lebih ekstrim, kata dia, yakni mengevaluasi pencalonan Aburizal. Setelah itu, Golkar disarankan mengadakan konvensi.
"Tapi Ical harus berani obyektif melihat hasil surveinya," ujar Yunarto.
SUNDARI
Berita Terpopuler:
BBM Ada di Android, BlackBerry Optimistis Bertahan
Mobil Habibie Diserempet, Ini Jawaban Polda
Kenapa BlackBerry Melepas BBM?
Jokowi: Jakarta Paling Terkena Dampak Mobil Murah
Saran Menkeu Malaysia Soal Pemindahan Ibu Kota