TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) kembali menelisik penyebab mahalnya harga kedelai dalam dua bulan belakangan. Harga kedelai menembus Rp 10.000 per kilogram dari harga normal sebelumnya sebesar Rp 7.100 per kilogram.
Juru Bicara KPPU Ahmad Junaidi mengatakan pihaknya mengawasi dan menguji keterkaitan perusahaan yang mengantongi kuota impor dengan mahalnya harga kedelai. "Apakah terjadi karena perilaku yang disengaja, kartel atau karena perlu perbaikan di sektor kebijakan," katanya di kantornya, Jakarta, Senin, 23 September 2013.
Junaidi mengatakan KPPU masih pada tahap mengumpulkan bukti penyebab kenaikan harga kedelai. Jika sudah terdapat sekurangnya 2 bukti, barulah KPPU dapat meningkatkan proses pemeriksaan.
Ketua Umum Dewan Kedelai Nasional Benny Kusbini menilai penyebab mahalnya kedelai adalah karena adanya beberapa perusahaan yang menimbun kedelai impor pada Agustus lalu. Perusahaan besar ini mengantongi stok kedelai hingga 500 ribu ton yang diimpor sebulan sebelumnya. Ia membantah mahalnya kedelai karena melemahnya nilai tukar rupiah. "Importir beli sebelum rupiah melemah," katanya kepada Tempo.
Direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia Yus'an membenarkan stok kedelai pada Agustus dibeli sebelum rupiah melemah. Namun importir tetap harus menjual kedelai itu mengacu pada harga yang akan datang. "Agar bisa membeli lagi," katanya. Ia membantah ada praktek kartel antarimportir kedelai. Yus'an menilai dominasi pangsa pasar beberapa importir berlangsung alami. "Persaingan sehat," katanya.
Seorang importir mengatakan impor kedelai dikuasai segilintir perusahaan besar. Mereka mendominasi importasi yang tidak dibatasi selama ini. Saat mekanisme pasar berubah menjadi sistem kuota pada Juni lalu, importir raksasa masih mendominasi kuota impor yang diterbitkan Kementerian Perdagangan.
Importir besar itu misalnya Group FKS yang dimiliki Edy Kusumah. Grup ini memiliki tiga perusahaan yaitu PT Fishindo Kusuma Sejahtera Multi Agro Tbk, PT Gerbang Cahaya Utama, dan PT Teluk Intan. Group FKS mengantongi kuota 265 ribu ton atau 47 persen dari total kuota 584 ribu ton. Grup besar lainnya yaitu Sungai Budi Group melalui PT Budi Semesta Satria dan PT Golden Sinar Sakti yang mengantongi 62 ribu ton kuota kedelai.
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE | AKBAR TK