TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah seniman Kota Yogyakarta menjadi fasilitator penampung aspirasi warga yang tak puas dengan kinerja pemerintah di bawah kepemimpinan Wali Kota Haryadi Suyuti. Seniman menyiapkan agenda seni: Festival Seni Mencari Haryadi. Kegiatan ini digelar selama lima bulan, dari 10 Oktober 2013 hingga 6 Maret 2014.
Salah seorang seniman yang menginisiasi acara itu, Agung Kurniawan, mengungkapkan, sejak Haryadi memimpin akhir 2011, muncul banyak kekecewaan terhadap kinerja wali kota tersebut. “Arah pembangunan kota tak jelas, keberpihakan pada pengguna sepeda, kaum difabel, juga soal penataan reklame,” kata Agung kepada Tempo, Selasa, 24 September 2013. Haryadi juga dituding terlalu sering melawat ke luar negeri.
Pembukaan festival pada 10 Oktober 2013 dimeriahkan paduan suara mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Sebanyak 30 orang diminta menyanyi bersahut-sahutan di depan rumah dinas Wali Kota, Jalan Ipda Tut Harsono, Yogyakarta. Paduan suara ini akan menyanyikan lagu pop dengan lirik yang dimodifikasi berupa kritik kepada Wali Kota.
Atraksi pada bulan pertama festival akan digelar dengan aksi makan siang bersama di depan rumah dinas Wali Kota. Dalam aksi ini, seniman mengumpulkan sembilan warga yang punya nama depan Haryadi. “Sembilan Haryadi ini sebagai simbol bahwa selama ini kami kehilangan sosok Wali Kota yang jarang menyambangi warga, sehingga muncul pertanyaan: “Kowe ki neng di, Har? (Kamu itu di mana Har?)” kata Agung.
Pada pertunjukan ketiga, seniman memenuhi Malioboro dengan karya street art berisi kritik lewat karya lukis, grafis, dan gambar. Menurut Agung, festival ini bukan untuk merendahkan Wali Kota, tapi sebagai kritik karena melihat Yogya kini berjalan secara “autopilot” selama dua tahun kepemimpinan Haryadi. “Suara protes masyarakat bisa menjadi bola liar yang berpotensi gesekan horizontal di bawah,” kata dia. Misalnya, warga dihadapkan dengan polisi pamong praja, bahkan preman.
Kalangan DPRD Kota Yogyakarta juga siap menegur pemerintah kota setelah Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta mangkir dari panggilan Komisi A kemarin. “Kami akan panggil Wali Kota karena Dinas Ketertiban mangkir dan tak ada perwakilan satu pun,“ kata anggota Komisi A, Anton Prabu Semendawai.
PRIBADI WICAKSONO