TEMPO.CO, Banyuwangi - Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Jawa Timur, Sulihtiyono, mengatakan pemerintah kabupaten merekrut 94 guru untuk ditempatkan ke sekolah-sekolah terpencil di wilayahnya. Perekrutan tersebut bekerja sama dengan empat perguruan tinggi negeri yakni Universitas Jember, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Jember, Universitas Negeri Malang dan Universitas Negeri Surabaya.
Program yang dinamai “Banyuwangi Mengajar”, meniru program “Indonesia Mengajar” yang dirintis Anies Baswedan, itu terbuka untuk warga Banyuwangi alumnus keempat perguruan tinggi tersebut yang lulus tahun 2012 dan 2013. Indeks prestasi kumulatif ditetapkan minimal sebesar 3,00. "Seleksi dilakukan langsung oleh empat universitas itu," katanya, Selasa 24 September 2013.
Mereka yang terseleksi akan ditempatkan di 38 SD dan SMP terpencil. Para guru itu dikontrak selama empat bulan sejak Oktober 2013 hingga Januari 2014 dengan gaji antara Rp 950 ribu-Rp 1.150.000. Pembukaan pendaftaraan dimulai 22-26 September mendatang.
Sulihtiyono mengatakan, seleksi dilakukan oleh perguruan tinggi karena pemerintah daerah saat ini tak boleh merekrut pegawai honorer. Padahal sekolah-sekolah terpencil banyak membutuhkan guru. "Banyak juga guru PNS yang enggan ditempatkan ke sekolah terpelosok," kata dia.
Bukannya dipuji, program ini menuai kritik dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat. Anggota Komisi I, Khusnan Abadi, mengatakan perekrutan tersebut diskriminatif karena tak menyertakan lulusan perguruan tinggi lokal. Padahal Banyuwangi memiliki lima perguruan tinggi yang memiliki Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. "Seolah-olah lulusan kampus Banyuwangi ini bodah dan tak berkualitas," kata dia.
Ketua Komisi IV DPRD, Zainal Arifin Salam, meminta Pemkab menghentikan program itu. Dia mendesak Pemkab membuka perekrutan secara umum sehingga lulusan Universitas Banyuwangi bisa ikut mendaftar.
IKA NINGTYAS