TEMPO.CO, Jakarta - Tempo.co akan menggelar acara "Ngobrol @tempo.co" di Coffee Toffee, Jalan Hang Lekir, Jakarta Selatan, pada Rabu, 25 September 2013, pukul 18.00 sampai selesai, dengan tema "Membangun Indonesia dengan Tertawa, apa Bisa?"
Acara ini akan menghadirkan pembicara para tokoh yang aktif dalam dunia seni komedi, antara lain Sammy @notaslimboy, Ketua Stand Up Comedy Indonesia sekaligus penulis buku Penggalan Kisah Negeriku; Agus Noor @agus_noor, penulis naskah Sentilan-sentilun sekaligus penulis naskah teater dan cerpen; serta dipandu oleh Wahyu Dhyatmika, Redaktur Pelaksana Tempo.
Tempo lebih suka memilih dan menggunakan kemasan komedi untuk membangun kepekaan di kalangan muda Indonesia, sekaligus mendorong mereka ikut memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif tentang bagaimana menjadikan Indonesia lebih baik. Sumbangan pemikiran itu bisa menyangkut beragam persoalan, mulai dari sosial, politik, budaya, ekonomi, dan sebagainya.
Penulis Jerman, Georg Lichtenberg, pada abad ke-18 mengatakan bahwa semakin banyak yang Anda ketahui tentang humor, semakin Anda memperoleh kebaikan. Barangkali pernyataan Georg Lichtenberg benar adanya. Komedi, selain menawarkan tawa, juga menawarkan sebuah esensi yang akan didapatkan apabila mencoba memahami apa yang disampaikan seorang komedian di atas podium.
Di Indonesia, wabah ini juga makin menggejala. Komedi menjadi instrumen kritik sosial yang cerdas, mencerahkan, sekaligus menghibur. Sudah tentu, menyajikan sebuah kritik sosial yang cerdas dan mampu membuat orang tertawa bahagia bukan cara yang mudah untuk dilakukan. Dibutuhkan figur yang bukan saja mampu mengolah kata yang cerdas, mudah dipahami, bermakna, plus lucu secara verbal, tapi juga gesture yang selaras dengan cerita yang dibawakannya. Komedi kini menjadi cara yang santun dan menghibur untuk menyampaikan koreksi atas persoalan sosial yang ada di negeri ini.
Komedi, seperti kesenian lainnya, mengabstrakkan hal-hal yang logis dan melogiskan hal-hal yang abstrak dalam upaya menghibur atau menanamkan sebuah pandangan, yang tentunya berasal dari sisi seorang Komedian. Seorang comic--pelaku stand up comedy--bahkan pernah mengeluarkan sebuah pernyataan, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak pernah melupakan jasa para pelawaknya.”
Barangkali, pernyataan tersebut masih harus menjalani takdirnya untuk diamini oleh lebih banyak orang sebagai kebenaran. Tapi setidaknya sejarah tidak luput mencatat bagaimana segelintir orang pernah menjadikan komedi sebagai sebuah upaya membangkitkan kesadaran terhadap hal-hal yang ganjil ataupun luput dipikirkan. Bagaimana seni komedi bisa mengajak kita tertawa sambil menolak lupa?
HP