Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menkes Kaget Angka Kematian Ibu Bayi Masih Tinggi

image-gnews
Sejumlah ibu membawa balitanya antre untuk mendapatkan pengobatan gratis di Muara Angke Kampung Baru, Pluit, Jakarta, (9/3). Diperkiran 9.500 ibu meninggal saat melahirkan serta 157.000 bayi dan 200.000 anak balita meninggal setiap tahun.  TEMPO/Aditia Noviansyah
Sejumlah ibu membawa balitanya antre untuk mendapatkan pengobatan gratis di Muara Angke Kampung Baru, Pluit, Jakarta, (9/3). Diperkiran 9.500 ibu meninggal saat melahirkan serta 157.000 bayi dan 200.000 anak balita meninggal setiap tahun. TEMPO/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi prihatin pada tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Dalam survei yang sama, lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228 per 100 ribu kelahiran hidup.

"Kami sudah lakukan semua langkah dan mobilisasi. Tiba-tiba dikagetkan angka kematian ibu yang masih tinggi. Pusing enggak? Untung enggak ada zamannya Menkes bunuh diri karena angka kematian tinggi," kata Nafsiah dalam peluncuran "Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu" di kantor Kemenkes, Kamis, 26 September 2013.

Menurut Nafsiah, hasil SDKI 2012 akan menjadi pertimbangan besar bagi kementerian dan dinas kesehatan untuk melanjutkan program kesehatan. Namun, dia meminta para dokter dan tenaga kesehatan di seluruh daerah tak hanya terpaku pada angka-angka dan presentasi.

Dokter dan tenaga kesehatan, kata Nafsiah, harus fokus pada pendekatan dan upaya preventif meningkatkan kesehatan masyarakat. Terhadap ibu hamil, tindak pencegahan dan pemantauan harus dilakukan sedini mungkin. 

"Apa pun yang dikatakan survei, harus terus berfokus pada manusianya," ujarnya. "Apakah ada wanita yang meninggal karena tak mendapat layanan maksimal dan tak mendapat penanganan saat dibutuhkan. Itulah yang harus jadi fokus."

Nafsiah mengatakan, untuk menekan tingkat kematian ibu, Kementerian Kesehatan melalui "Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu" akan mengutamakan pembenahan kesehatan di sektor hulu. (Baca : Atasi Kematian Ibu dan Bayi, Ini Usaha Pemerintah | )

Rencana aksi ini menekankan pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sejak dini, mulai dari anak-anak dan remaja. Kualitas kesehatan reproduksi remaja akan menjadi fokus Kemenkes melalui kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, Kemenkes juga akan mendorong masyarakat dan keluarga, terutama suami untuk lebih aktif mengontrol dan menjaga pasangannya yang hamil. Deteksi dini dari keluarga akan menjauhkan ibu hamil dari risiko kematian. "Suaminya dan siapa yang menghamili itu harus dilibatkan. Come on! Jangan pernah biarkan wanita hamil dalam kesendirian," ujarnya.

Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes, Akmal Taher, mengatakan untuk menekan angka kematian ibu, Kemenkes akan melakukan koordinasi terpadu dengan seluruh direktorat terkait dan pemerintah daerah. Intervensi dan pendampingan akan diprioritaskan pada daerah rawan.

Saat ini, berdasarkan hasil sensus kesehatan 2010, daerah yang masih tinggi tingkat kematian ibu bayi berada di wilayah Indonesia timur. Untuk setiap 100 ribu kelahiran hidup di Papua, angka kematian ibu mencapai 620, Papua Barat sebanyak 573 kematian, Maluku Utara 387, dan Sulawesi Tengah 379.

Akmal mengatakan, dalam rencana aksi nasional, Kemenkes akan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Kesiapan rumah sakit dan puskesmas juga akan terus digenjot untuk memberi layanan 24 jam dan 7 hari penuh. "Di luar itu kami juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan perhatian pada peningkatan layanan kesehatan.

IRA GUSLINA SUFA

Berita Terpopuler
Pertolongan Pertama Serangan Jantung
Aliya Rajasa Ajari Airlangga Cinta Buku
Okky: Perempuan Jangan Mudah Tergiur Harta

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

5 hari lalu

Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.


3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

22 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?


Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

23 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.


Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

42 hari lalu

Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan IMERI-FKUI. Kredit: FKUI
Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.


Bamsoet Soroti Isu Stunting, Anak Putus Sekolah juga Kematian Ibu dan Bayi

45 hari lalu

Bamsoet Soroti Isu Stunting, Anak Putus Sekolah juga Kematian Ibu dan Bayi

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengatakan, negara harus memberi perhatian lebih kepada masyarakat yang lemah dan berkekurangan, dengan berpijak pada data-data resmi tentang stunting, anak putus sekolah, hingga kematian ibu dan bayi.


Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Pasien penderita kusta di Rumah Sakit Anandaban Leprosy Mission di Lele, Nepal, 24 Januari 2015. (Omar Havana/Getty Images)
Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.


174 Warga Gaza Tewas dalam 24 Jam

28 Januari 2024

Warga Palestina yang melarikan diri dari Khan Younis menuju Rafah, akibat operasi darat Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas di selatan Jalur Gaza, 25 Januari 2024. Setidaknya 50 warga Palestina tewas di Khan Younis dalam 24 jam terakhir. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
174 Warga Gaza Tewas dalam 24 Jam

Laporan Kementerian Kesehatan Palestina wilayah Gaza menyebut ada 174 warga Gaza yang gugur dalam serangan Israel yang masih berlanjut


Produk Alat Kesehatan Harus Punya Izin Edar agar Terjamin Aman

16 Januari 2024

Ilustrasi Pameran Alat Kesehatan/Istimewa
Produk Alat Kesehatan Harus Punya Izin Edar agar Terjamin Aman

Pastikan produk-produk terkait kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang dibeli memiliki izin edar agar terjamin aman, bermutu, bermanfaat.


PB PERNEFRI: Kelebihan Garam Picu Penyakit Ginjal Kronis

15 Januari 2024

Ilustrasi garam. Shutterstock
PB PERNEFRI: Kelebihan Garam Picu Penyakit Ginjal Kronis

Kelebihan garam bisa memicu berbagai masalah kesehatan, hingga merambat kepada penyakit ginjal kronis.


Setahun setelah Legalisasi, Thailand Berencana Larang Penggunaan Ganja untuk Rekreasi

11 Januari 2024

Ilustrasi ganja.  REUTERS/Blair Gable
Setahun setelah Legalisasi, Thailand Berencana Larang Penggunaan Ganja untuk Rekreasi

Thailand sedang menampung opini publik untuk RUU terbaru yang akan melarang penggunaan ganja rekreasional.