TEMPO.CO, Surakarta - Penggagas program pendidikan "Indonesia Mengajar", Anies Baswedan, menolak jika gerakan mengirim sarjana berprestasi untuk mengajar di sekolah dasar terpencil, yang dimulai sejak 2010 tersebut, dikaitkan dengan aktivitas politiknya sebagai kandidat calon presiden. Rektor Universitas Paramadina ini memang kini jadi peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat.
“Indonesia Mengajar murni gerakan pendidikan dan tidak menjadi modal politik saya dalam konvensi,” katanya sebelum menjadi pembicara seminar "Gerakan Masyarakat Mengajar" di aula Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah, Kamis, 26 September 2013.
Indonesia Mengajar sudah melatih hingga angkatan ketujuh. Sebanyak 361 pengajar sudah dikirim ke 17 provinsi di Indonesia --disaring dari 40.194 pendaftar program ini. Menurut Anies, saat ini semua pihak harus memikirkan soal kualitas pendidikan, termasuk insan politik.
Selain itu, dia menyatakan sudah saatnya daerah ikut terlibat dalam menyelesaikan persoalan bangsa. "Jangan andalkan kebijakan sentralistis. Jangan semua dari Jakarta," katanya. Mengambil contoh bidang pendidikan, dia mengatakan, saat ini banyak bermunculan gerakan serupa Indonesia Mengajar di daerah. Misalnya Solo Mengajar, NTB Mengajar, Belitung Mengajar, dan Desa Cerdas Halmahera.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita Terpopuler:
Kata Ishadi Soal Foto Chairul Tanjung Tunjuk SBY
Provokator Demo Lurah Susan Ketahuan
Jokowi: Lurah Susan Tak Akan Dipindah
Perempuan Cantik di Seputar Narkoba
Disebut Dapat Duit Labora, Ini Kata Jenderal Tito