TEMPO.CO, Nganjuk- Dokter kejiwaan Rumah Sakit Bayangkara Kediri, Jawa Timur yang memeriksa ES, guru pelaku sodomi terhadap delapan siswanya, mulai mengkhawatirkan kondisi korban. Mereka dimungkinkan bisa meniru perbuatan pelaku saat beranjak dewasa.
Kekhawatiran ini disampaikan Rony Subagio, dokter kejiwaan Polri yang menangani kasus sodomi ES. Hasil pemeriksaan Rony terhadap ES menunjukkan pelaku mengalami disorientasi seksual berupa penyuka sejenis alias homoseksual.
Padahal ES sendiri baru saja melangsungkan pernikahan dengan seorang perempuan meski telah berpisah untuk sementara waktu. "Pelaku biseksual rata-rata lebih didominasi homoseksual," kata Rony kepada Tempo, Jumat 27 September 2013.
Sifat homoseksual yang dimiliki guru olah raga ini, menurut Rony, tidak dipicu oleh faktor eksternal. Hasil pemeriksaan psikologis yang dilakukan kepada ES menunjukkan pelaku sudah memiliki sifat itu secara bawaan. Sehingga meski telah menikah dengan perempuan, dia tetap tidak bisa menghilangkan ketertarikannya pada sesama jenis.
Profesi ES sebagai guru di sekolah dasar menimbulkan ancaman bahaya bagi siswa-siswanya. Karena merasa superior, dia bebas menyalurkan hasrat seksualnya kepada anak didiknya. Hal ini dianggap lebih aman dan mudah dibandingkan harus mencari pasangan pria dewasa.
Rony mengingatkan perbuatan cabul ES terhadap delapan siswa laki-lakinya ini bisa berdampak psikologis yang besar terhadap korban, terutama anak-anak di atas usia 10 tahun. Anak-anak di usia ini, menurut Rony, sudah bisa membedakan mana yang benar dan buruk. Ketika menerima perlakuan itu dari guru yang dianggapnya sebagai panutan, dia akan menganggapnya pula sebagai pembenaran. "Tidak menutup kemungkinan kelak dia menjadi pelaku sodomi setelah dewasa," kata Rony.
Karena itu penanganan ekstra oleh negara seharusnya adalah kepada para korban perbuatan sodomi ini dibandingkan menjatuhkan pidana pada pelaku. Anak-anak ini harus mendapat bimbingan dan pendampingan psikologis untuk menghilangkan traumatik. "Kalau anak masih dibawah 10 tahun mungkin bisa lupa dengan cepat," kata Rony.
Sementara itu Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Polres Nganjuk Ajun Komisaris Bambang Sutikno memastikan pelaku mendapat pengawasan ketat di ruang tahanan Polres Nganjuk. Meski tidak dipisahkan dengan tahanan lain seperti halnya terhadap Mujianto, pelaku pembunuhan berantai yang mengidap homoseksual, Bambang memastikan ES tak akan berani melakukan sodomi pada tahanan dewasa. "Dia kan beraninya pada anak-anak, kalau coba-coba ke tahanan dewasa bisa dihajar," kata Bambang.
Hingga kini polisi memastikan tak ada penambahan jumlah korban sodomi ES. Sebanyak delapan siswanya sudah menjalani pemeriksaan dan memberikan kesaksian.
HARI TRI WASONO
Berita populer
Ini Penyebab Kematian Bung Karno Versi Mun'im
Lurah Susan Didemo Terus, Ini Tanggapan MUI
Inilah Cara Mun'im Ungkap Kasus Munir
Yenny Wahid Siap Bantu Lurah Susan Atasi Pendemo