TEMPO.CO, Surabaya - Tak ada raut tegang di wajah mantan Panglima Kodam V/ Brawijaya Letnan Jenderal Djaja Suparman usai divonis 4 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Militer Tinggi III Surabaya, Kamis malam, 26 September 2013. Ke luar dari ruang sidang perwira tinggi yang pernah menduduki berbagai pos jabatan strategis di lingkungan TNI Angkatan Darat itu bahkan sempat berdendang: "Alusia...alusiaa."
Majelis hakim yang diketuai Letnan Jenderal Hidayat Manao menyatakan Djadja tidak bisa mempertanggungjawabkan uang negara Rp 13,3 miliar dari operator jalan tol PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) pada 1998 silam. Hal yang meberatkan hukuman Djaja, kata hakim, karena lelaki 65 tahun itu tidak menyesali perbuatannya, tidak mengindahkan Kepala Staf TNI Angkatan Darat, menerima kompensasi ganti rugi lahan Kodam, dan menyalahgunakan kewenangannya.
Djadja sendiri tetap bersikeras bahwa apa yang dia perbuat bukan kategori korupsi. Alasannya uang PT CMNP merupakan bantuan natura, bukan ganti rugi atas pelepasan aset tanah Kodam seluas 8,8 hekter di Kelurahan Dukuh Menanggal, Surabaya. "Uang Rp 13,3 miliar itu saya pakai buat mengamankan Jawa Timur agar tidak tertular kerusuhan Mei 98 di Jakarta," kata dia.
Menurut Djaja, uang itu dipakai untuk pengadaan kendaraan operasional Korem dan Kodim, serta meningkatkan kesejahteraan prajurit. Pos terbesar dari pengeluaran itu, kata dia, buat pembinaan teroterial. Tujuannya agar masyarakat solid dan tak mudah terprovokasi bertindak anarkistis. "Jika di suatu tempat ada istighatsah misalnya, kami yang biayai," ujar dia. Seluruh pemakaian uang itu telah disampaikan Djadja dalam materi pledoinya. "Tapi oleh hakim dianggap tidak relevan," ujar dia.
Dengan pendekatan-pendekatan ke masyarakat seperti itu, menurut Djaja, Jawa Timur berhasil diamankan dari keadaan genting. Karena dinilai sukses, oleh Panglima ABRI Jendral Wiranto ia pun ditarik ke Ibu Kota sebagai Pangdam Jaya menggantikan Sjafrie Sjamsoedin. Di Jakarta ia juga mengklaim berhasil meredam gejolak-gejolak yang timbul pasca-lengsernya Presiden Soeharto. "Tapi negara tak pernah mengapresiasi saya. Sekarang saya malah dibeginikan," ujar Djaja.
KUKUH S.WIBOWO
Berita penting lain:
KTT APEC Dijaga 11 Ribu Personel TNI-Polri
Ini Kisah Pelarian Otak Penyekap Pedagang Kopi
Belum Ada Bukti Pidana Kepala Irwasda Lampung
Yenny Sebut Jokowi Mirip Gus Dur
Korban Investasi Emas Pertanyakan Duitnya