TEMPO.CO, Surabaya -- Pimpinan Proyek Terminal Multipurpose Teluk Lamong, Harry Darmawan, mengatakan pengerjaan proyek infrastruktur Teluk Lamong sudah berjalan 61,5 persen. Ia yakin Teluk Lamong bisa mulai difungsikan pada Mei 2014 dan beroperasi penuh Agustus 2014.
Pengerjaan Teluk Lamong terbagi dalam enam paket proyek. Perinciannya: paket A (dermaga domestik) sudah rampung sejak Juni 2012, paket A aksen (internasional) berjalan 85 persen, paket B (reklamasi dan sea way) 65 persen, paket C (jembatan penghubung) 82, paket D (perkantoran) 6 persen dan paket E (lapangan penumpukan) 4 persen. "Secara total progress fisik bangunan sudah 61,5 persen. Minimal Mei 2014 sudah soft opening," katanya saat meninjau proyek, Jumat, 27 September 2013.
Dermaga paket A dirancang mampu menampung dua kapal dengan panjang setiap kapal 135 meter dan bobot minimal 10.000 DWT per kapal. Adapun dermaga paket B mampu menampung tiga sandar kapal kargo. Nantinya, semua alat bongkar muat di Teluk Lamong menggunakan bahan bakar gas dan sebagian alat dipoperasikan lewat pusat ruang kontrol.
Harry mengklaim, Teluk Lamong satu-satunya pelabuhan ramah lingkungan pertama di Indonesia. Total investasinya mencapai sekitar Rp 3,5 triliun dengan rincian pengerjaan fisik menelan Rp 2 triliun dan pengadaan alat senilai Rp 1,5 triliun. Dari total investasinya, 60 persen dari pinjaman dan 40 persen kas internal Pelindo III.
Pimpinan Proyek Pengadaan Alat, Prasetyadi, menuturkan kebutuhan energi listrik alat pendukung bongkar muat akan dipasok dari PLN melalui jaringan kabel. Tahap awal diperkirakan butuh energi sebesar 16 MW. Menginjak tahun 2016, kebutuhan energi listrik di Teluk Lamong sebesar 30 MW.
Secara keseluruhan diperkirakan Teluk Lamong butuh pasokan listrik sebesar 120 MW untuk memaksimalkan kerja alat-alat beratnya. Namun, kebutuhan itu tidak bisa serta merta dipenuhi karena menyesuaikan datangnya alat-alat secara bertahap. "Kami butuh PLTG sendiri dan mulai dibangun awal tahun 2015," kata Prasetyadi.
Alat-alat penunjang operasional tersebut akan didatangkan secara bertahap. Akhir tahun 2013, lima unit automatic stucking crane (ASC) datang dari Cina. Ia berharap pada awal April 2014, lima unit ASC sudah terpasang, yakni dua unit di dermaga domestik dan tiga unit di internasional.
Total ada 20 unit ASC yang akan didatangkan Pelindo III. Selain ASC, Pelindo juga membeli 10 unit Ship to Shore Crane, lima unit Stradler Carrier, 50 unit Combine Terminal Tractor dan pengadaan terminal operating system. "Teluk Lamong adalah pelabuhan pertama di Indonesia yang pakai ASC," ucap Prasetyadi.
DIANANTA P. SUMEDI