TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia mengakui tak mempunyai anggaran yang besar untuk merawat benda-benda seni koleksi istana dan museum di Indonesia.
Sekretaris Kabinet Republik Indonesia, Dipo Alam mengatakan anggaran pemerintah sangat terbatas. Sebanyak 30 persen anggaran belanja negara untuk bidang pendidikan dan kebudayaan. “Kami sangat khawatir bagaimana merawatnya. Dari jumlah itu terutama lebih banyak untuk pendidikan, untuk budaya?” ujar Dipo Alam saat serah terima hasil restorasi dua lukisan karya Raden Saleh di Kantor Arsari Group, Jumat, 27 Agustus 2013.
Dia mencontohkan pada era pemerintahan Presiden Megawati anggaran untuk perawatan hampir mencapai Rp 2 miliar. Tetapi saat itu BPK melihat penggunaan anggaran ini tidak tepat dan menjadi catatan temuan. Belum lagi kasus hilangnya tiga lukisan masterpiece. “Kami tidak mau kejadian itu dan di Museum Gajah terjadi lagi,” ujarnya.
Selain Dipo, keluhan pemerintah ini juga dikatakan oleh Kepala Biro Pengelolaan Istana Sekretariat Negara, Wahyuni Saptantinah. Dia enggan membeberkan berapa besar anggaran tersebut untuk perawatan koleksi istana. “Banyak karya masterpiece koleksi istana yang kondisinya sangat memprihatinkan, anggaran kami sangat terbatas,” ujar Ade, panggilan akrab Wahyuni.
Karena itu, kata dia, negara sangat berterima kasih atas bantuan dan kepedulian Yayasan Arsari Djojohadikusumo dan Goethe. ”Semoga lebih banyak pihak yang mau melakukan hal semacam ini,” ujarnya lagi.
Koleksi lukisan Raden Saleh di Istana di Jakarta, Bogor, Yogyakarta, dan Tampak Siring berjumlah enam bingkai. Belum lagi jumlah lukisan masterpiece karya pelukis ternama. Namun jumlah koleksi benda seni koleksi istana lebih dari 2 ribu buah. Sebanyak 80 persen dari koleksi itu adalah koleksi peninggalan Presiden Sukarno.
Selain karya Raden Saleh, karya seniman besar seperti Affandi, Basuki Abdullah, dan pelukis lain juga dalam kondisi memprihatinkan. Selama ini mereka hanya melakukan perawatan sebisanya untuk membersihkan debu dan kotoran pada lukisan dan koleksi biasa. Mereka takut untuk mencari sembarang ahli restorasi karena berisiko terhadap lukisan. “Kami cuma pegawai negeri yang tidak punya keahlian untuk menilai lukisan dan merestorasi seperti Susanne,” ujarnya.
Karena itu, Ade juga mengusulkan untuk membentuk semacam dewan kurator untuk koleksi negara agar mereka memantau kondisi lukisan atau koleksi-koleksi istana.
DIAN YULIASTUTI
Berita Terpopuler:
Ini Penyebab Kematian Bung Karno Versi Mun'im
Soal Lurah Susan, Ahok: Gamawan Harus Belajar Lagi
Inilah Cara Mun'im Ungkap Kasus Munir
Yenny Wahid Siap Bantu Lurah Susan Atasi Pendemo
Mun'im Idris Dikenal Dermawan