TEMPO.CO, Yogyakarta -Ratusan warga dari kampung perajin tempe wilayah Sidikan, Pandean, Umbulahrjo Yogyakarta menggelar aksi kirab tempe sepanjang 257 meter dengan ketebalan 10 sentimeter di jalanan kota Sabtu sore 28 September 2013.
Dalam aksi itu, sekitar 300 warga bergotong royong mengangkat tempe berbentuk bulat yang baru selesai diproduksi untuk dipamerkan kepada masayarakat. Pembuatan tempe dilakukan di tempat produksi salah satu perajin dengan cara menumpuknya dulu.
“Selain sangat panjang, ternyata juga berat sekali, sampai empat kuintal,” kata Gatot Ruswanto, perajin sekaligus panitia kegiatan tersebut saat ditemui Tempo.
Arak arakan ini diikuti dengan berbagai aksi kesenian yang ditampilkan warga. Seperti jathilan, badut, dan tari.
Agar tempe yang dibuat itu tak gampang patah atau putus sambungannya, warga menopangnya dengan sambungan batangan bambu yang dibelah. Total untuk membawa tempe sepanjang itu dibutuhkan sekitar 70 sampai 80 batang bambu.
Gatot menuturkan aksi kirab tempe ini sebagai sindiran bagi pemerintah yang masih menstabilkan harga kedelai. Akibatnya perajin tetap merugi. Meski pada 9-11 September 2013 lalu para pedagang tempe telah melakukan aksi mogok, pemerintah tetap bergeming.
“Harga kedelai tetap tinggi, tapi kami harus tetap produksi. Meski rugi sampai lima puluh persen, mau bagaimana lagi,” kata Gatot.
Menurut dia, tempe itu dibuat sejak sepuluh hari lalu. Untuk memproduksi tempe sepanjang itu, warga berpatungan hingga terkumpul Rp 4 juta.
Usai diarak, tempe itu pun dipotong potong kemudian dibagikan pada para warga untuk dimasak dan dimakan bersama sama.
PRIBADI WICAKSONO
Topik Terhangat
Mobil Murah
Kontroversi Ruhut Sitompul
Mun'im Idris Meninggal
Info Haji
Tabrakan Maut
Berita Terpopuler
Dipo: Anggaran Perawatan Benda Seni Minim
Tiap Malam Makam Uje Dibersihkan
Band Kotak Konser Ultah ke-9 di MEIS, Ancol
Kembali Ngamuk, Novi Amelia Dibawa ke RSKO
Olga Tidak Hadir di Dahsyat, Izin Sakit