TEMPO.CO , Jakarta: PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Daerah Operasional I mengaku tak berdaya menghadapi protes penumpang yang menolak pembatasan kuota kereta lokal. Akibatnya, PT KAI tak bisa memastikan kapan akan memberlakukan pembatasan penumpang lagi.
"Ya sudah, sekarang silakan saja (naik)," kata Juru Bicara PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional I, Sukendar Mulya, Sabtu, 28 September 2013. Menurut dia, batas maksimal penumpang 150 persen yang bertujuan agar mereka tak berdesakan, telah diatur sejak 12 tahun lalu. Aturan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 8 Tahun 2001 tentang Angkutan Kereta Api.
Awal pekan lalu ratusan penumpang menduduki rel kereta api di empat stasiun. Mereka menuntut empat hal, yaitu pencabutan SK menteri tentang pembatasan penumpang maksimal 150 persen, dan diperbolehkan membawa barang di kereta penumpang. Protes keras penumpang atas peraturan itu terjadi di Stasiun Tigaraksa, Tangerang; Parung Panjang, Bogor; Maja dan Rangkasbitung, Banten.
Sukendar mengatakan mereka menggelar demonstrasi yang mengganggu operasional kereta. "Kami mau tertib, tapi penumpang tidak mau tertib. Mereka maunya berdesak-desakan."
Sukendar mengaku semakin pasrah karena sadar KAI masih kekurangan armada kereta sebagai alternatif pengangkut penumpang. "Kami butuh armada kereta ekonomi local,” kata dia. “Demand dan supply sudah enggak seimbang.”
Dia mencontohkan, dalam sehari penumpang dari Stasiun Rangkasbitung yang mencapai 10-15 ribu orang, hanya diangkut 4 rangkaian kereta lokal. Sejauh ini, kata dia, upaya maksimal KAI baru melarang penumpang naik ke atap yang melanggar Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Perkeretaapian. "Yang penting tidak boleh naik ke atas."
Ia kembali memasyarakatkan upaya menanggulangi penumpang yang berdesak-desakan pada awal Oktober ini.
ATMI PERTIWI
Topik Terhangat
Mobil Murah | Senjata Penembak Polisi | Kontroversi Ruhut Sitompul | Guyuran Harta Labora | Info Haji
Berita Terpopuler
11 Media Online Keberatan Iklan Telkomsel
Tifatul: Operator Kebanyakan, Ini Tidak Sehat
Byar Pet di Sumatera Barat 3 Jam Perhari
Pengusaha Karet Keluhkan Ekonomi Biaya Tinggi