"Harusnya (Lurah Susan) diberi kesempatan untuk memimpin, siapa tahu kinerjanya lebih hebat," kata Syafi'i saat ditemui di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Ahad, 29 September 2013. Syafi'i mengatakan sebagai penduduk mayoritas, umat Islam seharusya dengan lapang dada menerima Susan yang beragama nasrani sebagai Lurah Lenteng Agung.
Kendati demikian, dia keberatan proses pemilihan Susan yang menggunakan mekanisme lelang jabatan. Syafi'i menginginkan kepala desa atau seorang pimpinan dipilih rakyatnya. "Kalau di Jawa harusnya dipilih. Enggak masalah persoalan agama," katanya.
Syafi'i mengatakan kasus intoleransi, seperti fenomena Lurah Susan, adalah akibat absennya pemimpin yang mempunyai keteladanan utuh. "Tidak ada keteladanan dari (pemerintah) puncak hingga ke bawah. Ini yang membuat orang berperilaku liar," katanya.
Buya Syafi'i pesimistis dengan keberadaan ulama yang mampu menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat. Dia menilai banyak ulama yang bermain-main dalam berdakwah. Dia mencontohkan, perilaku ulama yang sering bercanda dan mengeluarkan lelucon keterlaluan adalah contoh ketidakseriusan dalam menyampaikan pesannya.
ALI AKHMAD