TEMPO.CO, Yogyakarta - Spanduk penolakan paham komunisme beredar di Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada Selasa, 1 Oktober 2013. Spanduk itu berisi tulisan dengan warna merah di atas kain putih. Isinya singkat: ”Komunisme = Terorisme”.
Salah satu spanduk sepanjang sekitar 3 meter itu terpasang di tempat reklame resmi pemerintah Kota Yogyakarta, di persimpangan Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan, sekitar setengah kilometer sebelah barat Jalan Malioboro.
Selain aksi spanduk, peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Yogyakarta juga diwarnai aksi puluhan aktivis dari Front Aksi Mahasiswa Jogjakarta (FAM-J) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Mereka menggelar aksi di pertigaan depan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga di Jalan Solo.
Mereka menuntut pemerintah meluruskan kembali sejarah peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang dimanipulasi pemerintah Orde Baru di bawah Soeharto demi kepentingan politiknya. ”Generasi masa kini yang menjadi korban karena tak tahu sejarah sebenarnya dan harus menerima kebohongan peristiwa itu,” kata aktivis PMII, Moh Musyfiq, kepada Tempo di sela aksi.
Mereka juga menuntut pemerintah minta maaf kepada korban pembersihan terhadap orang yang dituduh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan simpatisannya. ”Bagaimanapun, pembunuhan massal tanpa alasan jelas pada peristiwa itu terhadap orang yang dianggap komunis adalah dosa besar. Peristiwa itu tak boleh dilupakan apalagi dibenarkan dengan alasan mempertahankan kedaulatan bangsa,” kata dia.
Dengan meminta maaf, kata Musyfiq, bangsa Indonesia bisa membuka lembaran baru dan menghargai demokrasi. ”Hanya dengan begitu kita bisa menjadi generasi yang cerdas juga toleran,” kata dia.
PRIBADI WICAKSONO
Topik Terhangat
Edsus Lekra|Senjata Penembak Polisi|Mobil Murah|Info Haji|Kontroversi Ruhut Sitompul
Berita Terpopuler
Australia Minta Maaf Soal Impor Sapi
Sejarah Kelam Ludruk Saat Peristiwa 1965
Begini Isi Prinsip 1-5-1 Lekra
PPATK Ungkap Rekening Gendut Pegawai Kemendikbud
KPK: Labora Tak Pernah Beri Data Aliran Uang