TEMPO.CO, Tanjungpandan - Guru SMA Negeri 1 Tanjungpandan, Belitung, mengaku kecewa dengan kasus yang menimpa Simon Gunawan Tanjaya. "Ini mencoreng nama sekolah. Guru di sini selalu menanamkan pendidikan karakter kepada anak didiknya untuk bersikap baik," kata Arsidi kepada Tempo di Tanjungpandan, September lalu.
Menurut Arsidi, kasus yang menimpa Simon membuat sekolah itu menjadi pembicaraan hangat. "Sekolah ini unggulan. Bahkan anak didik kami sudah tujuh kali terpilih sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Indonesia tingkat nasional. Sederet prestasi itu seakan hilang karena orang lebih mengingat kasus Simon, yang menjadi alumnus sekolah ini," ujar dia.
Nama Simon meroket sejak Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap tangan bekas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), Rudi Rubiandini, dan pihak swasta Deviardi alias Ardi di Jalan Brawijaya VIII Nomor 30, Jakarta Selatan, Selasa malam, 13 Agustus 2013. Dari rumah Rudi itu, KPK menyita uang senilai US$ 400 ribu dan sepeda motor berkapasitas mesin besar merek BMW.
Dalam pengembangannya, KPK juga menyita uang US$ 90 ribu dan Sin$ 127 ribu. Uang itu diduga pemberian dari Simon. KPK kemudian menangkap Simon di Apartemen Mediterania, Jakarta Barat, sekitar pukul 24.00. Ketiganya sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Rudi dan Ardi diduga sebagai penerima suap, sementara Simon sebagai pemberi suap.
Arsidi menjelaskan, walaupun sudah menjadi orang sukses, Simon belum pernah membantu sekolahnya dari sisi finansial. Dia menambahkan, banyak siswa yang sudah sukses membantu SMA Negeri 1 Tanjungpandan karena memang masih banyak kekurangan. "Padahal, kalau membantu sekolahnya, pasti lebih bermanfaat daripada menyuap pejabat untuk mengegolkan bisnisnya. Ujung-ujungnya bermasalah dengan hukum," kata Arsidi.
Arsidi mengakui sosok Simon bukan salah satu siswa yang dia hafal selama mengajar karena prestasi Simon yang biasa-biasa saja. Tidak ada yang menonjol. Adapun Simon juga jarang menghadiri acara yang digelar oleh pihak sekolah. Sewaktu SMAN 1 Tanjungpandan menggelar reuni akbar pada 2012, Simon tidak hadir. Padahal seluruh alumni waktu itu sudah diundang.
Dari penelusuran, Simon bukan datang dari keluarga kaya. Sepuluh tahun lalu, Gunawan Tanjaya, ayah Simon, hanyalah tukang servis alat elektronik dan bekerja sebagai buruh harian. Tahun lalu, keluarga Simon menjual seluruh asetnya kepada keluarga Yongki karena akan pindah ke Jakarta. "Kami membeli rumah dan tanah Gunawan pada 2012," kata Cucu, istri Yongki, kepada Tempo.
SERVIO MARANDA
Berita Terpopuler:
Soal Lurah Susan, Gamawan Merasa Dipelintir
Lobi Meja Makan ala Jokowi Dipuji
AC Pesawat Mati? Ini Kata Dirut Lion Air
Ahok: Menperin Jangan Sampai Bohongi Menkeu
Soal Lurah Susan, Gamawan Kini Bungkam
Diminta Tak Tergiur Jadi Capres, Jokowi: Apa?