TEMPO.CO, Jakarta--Udara sejuk mengepung. Panorama pedesaan serta dua puncak gunung, Pangrango dan Salak, juga bak lukisan indah ketika mata menyapu ke sekeliling. Di antara udara sejuk dan panorama yang sedap dipandang itu tampak ratusan tubuh yang menggeliat berolahraga. Tak ada yang boleh mendekat selain instruktur dan pendamping mereka.
“Di sini kami menyebutnya residen,” kata Kepala Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Yunis Farida Oktoris, tuan rumah. “Kalau pagi, ya begini, olahraga dulu,” katanya lagi.
Rabu pagi, 25 September 2013, lalu Tempo mendapat kesempatan bertamu di Balai Rehabilitasi BNN itu, yang berada di kawasan Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Tersembunyi satu kilometer di balik ruas jalan raya Mayjen H.R. Edi Sukma, di sinilah para pecandu narkotik mencoba memulihkan diri dengan menjalani rehabilitasi.
"Di sini kami no drug, tanpa menggunakan obat,” kata Yunis sambil menambahkan, “Jadi, yang kami terapi penyembuhan itu penyakit yang ditimbulkan karena putus zat atau berhenti mengkonsumsi narkoba."
Residen pada hari itu terdiri dari 348 laki-laki dan 18 perempuan. Jika dihitung rata-rata per hari, Yunis mengatakan, ada 2-12 pecandu yang datang ke kawasan sejuk seluas 11 hektare itu. Sebanyak 80 persen dari total residen itu datang menjalani rehabilitasi lewat kesadaran sendiri. Sisanya adalah titipan hakim, jaksa, atau penyidik.