TEMPO.CO, Surakarta - Badan Pusat Statistik Surakarta menyatakan Surakarta mengalami deflasi sebesar 1,35 persen pada September 2013. Sebelumnya, Surakarta inflasi 0,95 persen pada Agustus 2013. Hingga September 2013, angka inflasi 7,2 persen. Kepala Badan Pusat Statistik Surakarta Bagus Rahmat Susanto mengatakan angka deflasi tersebut tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.
“Biasanya deflasi tidak lebih dari 1 persen,” ujarnya kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu, 2 Oktober 2013. Misalnya, pada April terjadi deflasi 0,26 persen dan Mei deflasi 0,65 persen.
Menurut dia, penyebab deflasi September tinggi karena harga komoditas bawang merah turun hampir 50 persen. Selama ini kenaikan harga bawang merah menyumbang inflasi cukup tinggi. “Jadi, begitu harga bawang merah turun drastis, langsung terjadi deflasi,” katanya.
Dengan penurunan harga 48,08 persen, dia mengatakan sumbangan bawang merah untuk deflasi sebesar 1,59 persen. Komoditas lain yang harganya turun yaitu tomat sayur, turun 18,6 persen; wortel turun 14,47 persen; dan telur ayam ras turun 8,85 persen.
Sedangkan komoditas yang harganya naik yaitu tahu, naik 10,26 persen; tempe naik 7,54 persen; minyak goreng naik 9,73 persen; dan beras naik 0,65 persen.
Kepala Seksi Distribusi Badan Pusat Statistik Solo, Herminawati, mengatakan kenaikan harga kedelai akhir-akhir ini tidak mempengaruhi inflasi. Sebab, sangat jarang rumah tangga yang mengkonsumsi kedelai.
“Masyarakat mengkonsumsi tahu-tempe. Jadi yang terpantau harganya naik produk hasil olahan kedelai,” katanya. Dia mengatakan kenaikan harga kedelai memang sempat terekam survei, tapi andilnya untuk inflasi hanya nol koma sekian persen. “Tidak signifikan,” ujarnya.
Sekretaris Tim Teknis Tim Pengendalian Inflasi Daerah Surakarta, Arif Nazaruddin, mengatakan deflasi terjadi karena tekanan harga mereda setelah kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
“Penyumbang deflasi komoditas bahan makanan, seperti bawang merah, cabai, telur ayam, dan daging sapi,” katanya.
Sedangkan penyumbang inflasi adalah produk olahan, seperti tahu, tempe, roti, dan kue basah, karena bahan baku yang masih diimpor harganya naik.
UKKY PRIMARTANTYO