TEMPO.CO, Jakarta - Ketidaksepakatan Kongres terhadap pengajuan anggaran pemerintahan Amerika Serikat tidak berdampak negatif bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam negeri.
Kepala Riset PT BNI Securities, Nurico Gaman, mengatakan, kondisi krisis anggaran pemerintahan Amerika Serikat (AS) justru bernilai positif bagi pasar saham Indonesia. “Government shutdown justru berpotensi mendorong investor memindahkan modalnya ke pasar berkembang."
Tidak adanya belanja pemerintah di AS membuat kepercayaan investor terhadap dolar melemah. Hal itu kemudian mendorong pelaku pasar untuk mengalihkan dananya ke aset-aset yang lebih berisiko.
Menurut Norico, data historis menunjukkan bahwa situasi government shutdown ternyata tak berdampak langsung terhadap bursa saham AS. Menurut catatan, shutdown jilid I pada 14-19 November 1995 justru berpengaruh positif bagi bursa saham.
Begitu pula government shutdown jilid II pada 16 Desember 1995–6 Januari 1996 ternyata hanya membuat saham bergerak datar.
Karena itu, ia mengingatkan bahwa perjalanan indeks sebenarnya amat bergantung pada persepsi pelaku pasar. Kondisi pasar modal Indonesia saat ini masih menjadi tujuan investasi asing.
"Apalagi, kondisi data ekonomi kini deflasi dan neraca perdagangan mencatat surplus sehingga akan menjadi modal kuat bagi indeks untuk melanjutkan penguatan," kata Norico.
PDAT | MEGEL JEKSON
Topik Terhangat:
Edsus Lekra |Senjata Penembak Polisi| Mobil Murah |Info Haji| Kontroversi Ruhut Sitompul
Berita Terpopuler:
Pemerintah AS 'Tutup', Siapa yang Paling Terdampak?
Obama: Anda yang Berseragam Tetap Bertugas
Anggaran Buntu, Pemerintah AS Akhirnya `Shutdown`
Holly Angela Ditemukan dengan Tangan Terikat
Melongok Lobi Meja Makan Ala Jokowi