TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah hotel di Indonesia mulai memasukkan karya seni ke dalam desain interiornya. Tidak lagi hanya sebagai pajangan di dinding, namun karya-karya seni itu menjadi satu kesatuan dengan desain interior.
Menurut Irawan Karseno, salah seorang seniman yang diikutkan dalam merancang interior Hotel Grandkemang, lukisan-lukisannya ikut mempertajam desain interior hotel tersebut. “Desain interior kian membutuhkan karya seni dalam rancangannya,” kata lulusan Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB tahun 1977 ini kepada Tempo, pekan lalu.
Setidaknya terdapat sepuluh lukisan Irawan yang terpasang di Grandkemang. Sebagiannya dipesan khusus oleh Artura Insanindo, konsultan yang mendesain interior Grandkemang. Misalnya, lukisannya sepanjang tujuh meter pada dinding belakang banquet. Dalam penggarapan karya tersebut, Artura melibatkan Irawan dalam merancang interiornya. “Saya memberikan provokasi dengan warna-warna yang terang,” katanya.
Seniman lain yang karya-karyanya ikut membentuk desain interior hotel adalah Arlan Kamil. Setidaknya ada tujuh karyanya yang dipamerkan di sejumlah ruangan di Hotel Pullman Jakarta Central Park. Salah satunya adalah Impossible, empat patung bayi yang mengenakan bikini merah tua sedang bermain lompat tali di atas dudukan kotak merah. Arlan mengatakan dirinya dihubungi langsung oleh manajemen hotel. “Mereka datang langsung ke rumah saya di Bantul, Yogyakarta,” kata pematung lulusan Seni Patung Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta itu.
Menurut General Manager Hotel Pullman Jakarta Central Park, Fabrice Mini, karya-karya seni itu tidak hanya menjadi elemen dekoratif, tapi menjadi media interaksi antara hotel dan pengunjung. “Idenya adalah menciptakan sebuah galeri,” ujar Frabrice Mini dalam emailnya kepada Tempo.
Arlan dan Irawan merasa diuntungkan dengan konsep hotel galeri ini. Bagi Arlan, pemajangan karyanya di hotel itu sama saja dengan pameran tunggal baginya. Bagi Irawan, lukisannya bisa dinikmati publik secara lebih luas, berbeda bila hanya dimiliki kolektor. “Ini yang sekarang disebut dengan seni ruang publik,” kata Irawan.
IQBAL MUHTAROM