TEMPO.CO, Surabaya - Peneliti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya, Fadjar Kurnia Hartati, menemukan 13 merek kerupuk nonprotein yang beredar di semua pasar tradisional di Kota Surabaya terindikasi mengandung bahan asam boraks. Fadjar mengatakan, hasil riset ini membuktikan lauk kerupuk yang harganya relatif murah dan terjangkau kalangan menengah ke bawah itu tidak aman dikonsumsi.
Menurut dia, asam boraks yang terkandung dalam kerupuk bisa memicu berbagai penyakit, seperti liver, gagal ginjal, gangguan sistem syaraf, kerja otak terganggu, dan disfungsi ereksi. "13 merek kerupuk terbukti valid mengandung boraks," kata Fadjar tanpa menyebut nama mereknya saat konferensi pers di Universitas Dr. Soetomo, Jumat, 4 Oktober 2013.
Fadjar dan anggota tim lain, Arlin Besari, sengaja meneliti kerupuk dari kelompok nonprotein. Sebab, harga kerupuk nonprotein lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat bawah. Cara membuatnya pun hanya menggunakan tepung tapioka ditambah penyedap rasa, tanpa menggunakan kandungan protein yang terdapat dalam daging.
Sebelum menyatakan kerupuk mengandung borak, ia sudah memastikan 13 merek tadi dijual di semua pasar tradisional di Kota Surabaya. Apabila ada satu merek yang tidak dijual di pasaran, Fadjar tidak mengambilnya sebagai sampel penelitian.
Rektor Universitas Dr. Soetomo, Bachrul Amiq, menyambut positif temuan riset dari beberapa dosen di Unitomo. Menurut Bachrul, hasil riset ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dan harus menjadi masukan untuk pemerintah agar mengawasi industri kerupuk.
DIANANTA P. SUMEDI