TEMPO.CO, Paris - Dalam dua tahun terakhir, panggung-panggung peragaan busana dunia dipenuhi koleksi berpotongan simpel. Industri mode dunia merespons resesi yang menghantam perekonomian dengan melahirkan tren pakaian minimalis. Bahkan, gejala itu berlanjut ke New York, London, dan Milan, yang secara berurutan menggelar pekan mode musim semi dan panas, awal bulan lalu.
Pekan lalu, ketika para fashionista, editor mode, dan calon pembeli dari seantero dunia sedang berkemas meninggalkan pesta di Milan, pekan mode Paris dimulai dengan tawaran yang berbeda. Tren minimalis tampak mulai surut di ibu kota adibusana tersebut. Para perancang dan rumah mode ternama memilih kembali ke koleksi busana wanita yang beraneka warna atau motif dan kaya detail.
Ricardo Tisci, misalnya. Direktur kreatif label Givenchy ini bereksperimen dengan mengawinkan pengaruh pakaian tradisional, seperti kimono Jepang, sari India, atau motif tribal Afrika, dalam koleksi street-wear. Jadilah gaun panjang dengan siluet tubuh ditambah detail berupa lilitan dan draperi dipadukan dengan vest berbahan kulit yang penuh bulu burung unta di bagian depannya.
Tisci, yang selama ini dikenal dengan sentuhan gothic pada busana rancangannya—meski kerap dinilai tak konsisten—tampak ingin tampil extravaganza. Para modelnya muncul dengan riasan kristal dan monte warna-warni yang menutupi wajah bak topeng—perlu 12 jam untuk menyiapkan make-up ala pemain kabuki Jepang ini.
Karl Lagerfeld tak mau kalah. Grand Palais ia sulap bak lokasi pameran seni rupa kontemporer. Berbagai macam instalasi seni ala Chanel dipasang sepanjang panggung peragaan busana. Mulai patung sumo merah yang dibuat lewat teknik quilt, robot dari botol parfum raksasa merek Chanel No. 5, sampai manekin telanjang yang merangkak dengan roda berlogo dua huruf C di punggungnya.
Untuk musim semi dan panas tahun depan, Lagerfeld banyak bermain dengan pola, warna, dan detail. Gaun bermotif plaid warna fuschia atau biru emerald dipadukan dengan detail rumbai-rumbai (fringe) di setiap lipitan. Permainan warna juga ditampilkan pada beberapa gaun midi penuh motif mirip sapuan kuas dengan berbagai warna mencolok. Adapun koleksi dengan warna monokrom diramaikan dengan renda berwarna kontras, kantong saku berukuran besar, maupun motif abstrak dan bunga-bunga.
Tapi, yang paling menarik dan ditunggu-tunggu adalah perpisahan desainer Marc Jacobs dengan rumah mode Louis Vuitton (LV), yang menaunginya dalam 16 tahun terakhir. Penampilan koleksi terakhir Jacobs untuk LV kali ini dibungkus dalam kemegahan, dengan air mancur raksasa, carrousel, sampai karpet bulu. Aroma duka terasa kuat dengan dominasi warna hitam pada properti dan seluruh koleksi busana yang tampil.
Jacobs, yang berencana fokus ke label dengan namanya sendiri di New York, kali ini menghadirkan keperkasaan wanita lewat jaket biker kulit dan blazer berpotongan longgar dengan hiasan bulu serta bordir bunga atau dedaunan. Ada juga gaun brokat yang dipadukan dengan celana denim dan sepatu bot. Logo LV bergaya grafiti besutan Stephen Sprouse (almarhum) juga muncul kembali dalam koleksi body suit, celana, dan stocking. “Ini kupersembahkan kepada para wanita yang telah memberiku inspirasi,” ujar Jacobs dalam pernyataan tertulisnya. Coco Chanel, Madonna, Lady Gaga, Sofia Coppola, dan Anna Wintour termasuk dalam daftarnya. Au Revoir!
RATNANING ASIH | AGOENG WIJAYA
Topik Terhangat
Ketua MK Ditangkap
Amerika Shutdown
Pembunuhan Holly Angela
Edsus Lekra
Info Haji
Berita Terpopuler
Ayu Dewi Lebih Nyaman Belanja Online
Terbukti, Olahraga Lebih Baik daripada Obat