TEMPO.CO, Jakarta - Kamis, 3 Oktober 2013, pukul 06.00, udara terasa segar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sebanyak 31 pemain tim nasional sepak bola Indonesia usia di bawah 19 tahun (U-19) meregangkan otot-otot mereka memulai latihan.
Pelatih Indra Sjafri mondar-mandir di tengah lapangan memantau jalannya latihan pagi itu. Dengan jaket yang dilipat lengannya sampai di siku, Indra sesekali menunjuk dan memberi arahan para pemain. Terkadang ia memberi komando sambil memasukkan tangan di saku jaketnya.
Suaranya yang lantang menggema di stadion berkapasitas 100 ribu yang kosong penonton itu. Ia tak segan-segan memarahi anak didiknya yang mengobrol di belakangnya dan tidak menyimak ketika ia mengoreksi kesalahan pemain lainnya.
Mantan pelatih PSP Padang ini dengan nada tinggi menegur pemain depan yang gampang kehilangan bola. “Kamu sudah tiga kali kehilangan bola,” katanya sambil terus bergerak di lapangan seperti wasit yang sedang memimpin pertandingan.
Matanya terus mengawasi gerak-gerik para pemain. “Jangan satu-dua operan kemudian bola hilang! Memangnya kita main voli?” ia menyemprot pemainnya yang teledor.
Di lapangan Indra terkesan galak dan tegas. Namun ketika latihan usai, raut wajahnya berubah menjadi lebih rileks kepada para pemainnya itu. Bersama rekan-rekan pelatih lainnya, Indra bekerja keras menempa para pemain demi sang Merah Putih.
"Kami bukan hanya menjadi pelatih di sini, tetapi juga sebagai kakak, bapak, atau kadang juga pembantu,” tuturnya.
Ia mencontohkan, sebelum bertanding, ia bersama para pelatih lainnya harus menyiapkan segala kebutuhan pemain.“Kadang sebelum main, kaki mereka perlu dipijit atau harus digerak-gerakkan untuk melenturkan otot-ototnya. Kami jadi seperti pembantunya,” kata Indra.
Terkadang pula Indra harus ikut menemani para pemain jalan-jalan ke mal layaknya teman mereka.“Beberapa hari lalu kami ramai-ramai jalan ke mal terus nyanyi-nyanyi bareng,” katanya. Hal itu dilakukan untuk menyegarkan kembali fisik dan mental mereka setelah penat berlatih.
Begitulah keseharian Indra bersama para pelatih lainnya dalam menangani timnas U-19. Mereka dituntut menjadi pelatih, teman, kakak, bapak dan kadang pembantu para pemain. Indra mengaku melakukan hal itu semua dengan ikhlas dan senang.
MITRA TARIGAN
Baca juga:
Begini Timnas U-19 Digojlok untuk Piala Asia
Raih Hasil Seri, Arsenal Puncaki Klasemen EPL
Tiket Roma Vs Indonesia XI Hari Ini Resmi Dijual