TEMPO.CO, Budapest - Mungkin Anda harus memperhatikan dan memperbaiki perilaku dalam memanfaatkan air bersih. Hampir separuh populasi bumi bakal menghadapi krisis air bersih yang diprediksi terjadi pada 2030. Saat itu permintaan akan air bersih bakal melonjak 40 persen lebih tinggi dari persediaan air yang ada.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon mengingatkan agar tidak boros dalam menggunakan sumber air yang tersedia. "Air dibuang sia-sia dan tidak digunakan dengan baik di semua negara. Semua pihak harus bekerja sama untuk mencari solusi berkelanjutan," kata Ban saat membuka acara Water Summit di Budapest, Hungaria, Selasa (8/10). "Kita harus memanfaatkan apa yang ada dengan pantas dan bijak."
Air tawar di bumi sangat terbatas, jumlahnya hanya sekitar tiga persen dari total air yang ada. Dari jumlah tersebut 30 persen berupa air dalam tanah sementara hampir 70 persen berupa gunung es dan glacier. Hanya ada 0,3 persen air tawar yang ada di permukaan yang bisa diakses manusia langsung.
Menurut Ban, jika perilaku pemborosan air bersih tidak diperbaiki maka penduduk bumi akan menghadapi masalah. "Pada 2030 hampir separuh dari populasi kita akan menghadapi krisis air, tingkat permintaan melonjak 40 persen lebih tinggi dari persediaan yang ada," kata Ban. Pemerintah, menurut Ban, tidak bisa sendiri mengatasi krisis air dan harus bekerja sama dengan pihak lain termasuk pelaku bisnis.
Sektor pertanian masih menjadi konsumen terbesar yang menghabiskan jatah air. Hampir 70 persen penggunaan air di dunia dipakai untuk irigasi. "Keadaannya sudah mendesak untuk menyesuaikan tingkat permintaan (sektor pertanian) dengan kebutuhan domestik dan industri, termasuk untuk produksi energi," kata Ban.
Ban mendesak pelaku industri pertanian belajar untuk menghemat air dengan menggunakan teknologi irigasi modern. Sektor pertanian diharap lebih fokus menggunakan tanaman tahan cuaca ketimbang tanaman boros air seperti padi.
Perubahan iklim juga menambah pelik situasi dan membuat risiko krisis air bersih meningkat. Bencana banjir yang melanda beberapa negara dipandang sebagai akibat dari perubahan iklim. "Kita harus melakukan apapun yang diperlukan untuk mencegah kenaikan temperatur udara lebih dari dua derajat Celcius," kata Ban.
Para pemimpin dunia 13 tahun lalu telah mengadopsi program Millennium Development Goals (MDG) untuk memperbaiki kualitas hidup manusia. Salah satu targetnya adalah mengurangi proporsi jumlah populasi manusia yang tidak punya akses ke air bersih layak minum dan sanitasi hingga separuhnya pada 2015. "Masyarakat kita tidak bisa sejahtera tanpa air bersih yang berlimpah dan mereka tidak bisa berkembang tanpa sanitasi layak," kata Ban.
Ban menyebutkan akses dan perbaikan sumber air sudah banyak dilakukan namun sekitar 780 juta orang masih kekurangan air bersih yang merupakan kebutuhan dasar. "Sekitar 80 persen air limbah global yang diproduksi manusia atau industri tidak ditangani dengan baik," kata Ban. "Kualitas air di sungai-sungai belum memenuhi standar dasar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)." Berdasarkan data PBB, negara-negara di wilayah Sub-Sahara Afrika adalah tempat yang paling parah menderita krisis air bersih.
Saat ini sepertiga penduduk bumi masih mengkonsumsi air yang bisa membahayakan kesehatan. Sebagian besar populasi bumi juga tak kekurangan fasilitas sanitasi yang memadai. "Sekitar 2,5 juta orang tak punya akses ke toilet yang layak dan perlindungan dari limbah sementara satu juta orang ternyata masih melakukan buang air besar di tempat terbuka," kata Ban.
RT | UN | GABRIEL TITIYOGA