TEMPO.CO, Jakarta - Mantan calon Gubernur Banten, Jazuli Juwaini, menceritakan soal praktek suap untuk memenangi Pemilukada Banten oleh Gubernur Ratu Atut Chosiyah. Tak hanya itu, Atut juga melakukan upaya penekanan terhadap pemilih dengan menggunakan kekuasaan.
"Masyarakat Banten karena faktor kemiskinan lebih mengedepankan money politic, ancaman lewat uang," kata Jazuli ketika ditemui di kompleks parlemen Senayan, Kamis, 10 Oktober 2013.
Jazuli menuturkan, tekanan yang dilakukan oleh Atut melalui dua cara, yakni ancaman dan politik uang, di samping menggerakkan birokrasi di Banten. Dia merasa aneh bila masyarakat Banten masih menerima dan menuruti perintah Atut.
Saat dikalahkan Atut, Jazuli juga mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi terkait hasil Pemilukada Banten saat masih dipimpin oleh Mahfud Md. Sayangnya, gugatan tersebut ditolak oleh Mahkamah. Padahal, kata Juwaini, bukti yang disampaikan serupa dengan yang diajukan oleh pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lebak Amir Hamzah-Kasmin Saelani.
"Kenapa gugatan saya ditolak, sementara Amir Hamzah yang Golkar diterima?" kata Juwaini. Namun dia tak ingin berspekulasi penolakannya itu karena ada unsur duit. Pasangan Amir Hamzah dan Kasmin Saelani kemungkinan mengetahui dugaan suap oleh Tubagus Chaery Wardana, adik Atut Chosiyah, kepada Ketua MK Akil Mochtar.
Pemilihan Gubernur Banten dilaksanakan pada 2011. Hasil rekapitulasi penghitungan suara dari delapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) tingkat kabupaten/kota menunjukkan, Atut-Rano meraih 2.136.035 suara atau 49,64 persen suara. Adapun Wahidin-Irna meraih 1.674.957 suara atau 38,93 persen dan Jazuli-Makmun mendapatkan 491.432 suara atau 11,42 persen dari total suara sah sebanyak 4.302.424 suara.
SUNDARI
Berita terkait:
INFOGRAFIS Silsilah Dinasti Banten
Wahidin Halim Pernah Larang Atut Recoki Tangerang
Pengamat Curiga Perusahaan Akil Mochtar Abal-abal
Ganja di Meja Akil Diduga Kelas Mahal