TEMPO.CO, Surabaya - PT Perkebunan Nusantara X (Persero) kini mengoptimalkan limbah padat tebu berupa ampas (bagasse) untuk energi terbarukan. Bila per tahun ada sekitar 6 juta ton tebu yang digiling di 11 pabrik gula (PG) milik PTPN X, setidaknya tersedia 1,8 juta ton ampas.
"Proses pengolahan tebu menjadi gula menghasilkan sejumlah produk samping, seperti ampas dan tetes. Sekitar 30 persen bagian tebu dalam proses produksi gula akan menjadi ampas," kata Direktur Utama PTPN X, Subiyono, Kamis, 10 Oktober 2013.
Sebanyak 1,3-1,5 juta ton ampas itu digunakan sendiri untuk operasional PG. Adapun 300-500 ribu ton ampas sisanya dapat dikonversi menjadi bioetanol. "Satu unit pabrik bioetanol generasi ketiga ini membutuhkan ampas minimal 500 ton per hari," kata Subiyono.
Ia melihat potensi ampas tebu yang besar itu bisa digunakan untuk substitusi bahan bakar minyak di pabrik gula sekaligus mengembangkan energi terbarukan berupa bioetanol.
Subiyono mengatakan, PG-PG di lingkungan PTPN X selama ini telah mengoptimalkan ampas sebagai pengganti BBM untuk proses produksi gula. Langkah ini berpengaruh positif terhadap peningkatan efisiensi, sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Biaya BBM di PG-PG milik PTPN X menurun dari sekitar Rp 130 miliar pada 2007 menjadi Rp 4 miliar pada 2012.
Pengembangan bioetanol dengan ampas tebu juga lebih murah dibanding menggunakan tetes tebu (molasses). Satu liter bioetanol butuh 5 kilogram ampas. Ia memperkirakan 5 kilogram ampas itu harganya Rp 1.000.
Jika menggunakan tetes tebu, butuh 4 kilogram tetes untuk menghasilkan 1 liter bioetanol. Empat kilogram tetes tebu harganya sekitar Rp 4.000. "Jadi pengembangan bioetanol menggunakan ampas menjanjikan profit margin yang lebih tebal ketimbang menggunakan tetes tebu," ujarnya.
PTPN X sendiri kini sudah memiliki pabrik bioetanol berbasis tetes tebu yang terletak dalam kompleks Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto. Saat ini, pengembangan bioetanol dari ampas tebu tengah dikaji oleh tim khusus, termasuk mengkaji pendirian pabriknya. "Ini bagian dari diversifikasi usaha untuk mengoptimalkan kinerja," kata Subiyono.
Menurut dia, Indonesia mempunyai potensi besar dalam hal produksi energi alternatif yang ramah lingkungan berupa bioetanol dari limbah pertanian atau biomass, termasuk limbah padat industri gula, yaitu ampas tebu.
DIANANTA P. SUMEDI
Berita Terpopuler
Inikah Foto Daryono, Sopir 'Misterius' Akil?
Bisnis Istri Akil dari Perkebunan hingga Batu Bara
Pengacara: Wawan Suami Airin Kaya Sejak Kecil
KPK Panggil Ratu Atut di 'Jumat Keramat'
Narkoba di Meja Akil Dibungkus Plastik Obat MK-RI