TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengatakan sedang mengkaji transformasi PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero) untuk menjadi BUMN reasuransi. “Kita bahas perlunya Indonesia punya reasuransi yang kuat. Selama ini punya beberapa tapi kecil-kecil, maka itu empat ini akan menjadi satu,” katanya usai rapat pimpinan di Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2013.
ASEI nantinya akan digabungkan dengan tiga anak perusahaan BUMN yang sebelumnya telah berdiri yakni PT Reasuransi Nasional Indonesia (anak usaha Askrindo ), PT Tugu Reasuransi Indonesia (cucu usaha pertamina), dan PT Reasuransi Internasional Indonesia (anak usaha Reasuransi Umum Indonesia).
Dengan penggabungan empat perusahaan asuransi ini, Dahlan berharap kecenderungan terbangnya premi asuransi ke luar negeri dapat ditekan. Sebab, kata dia, selama ini banyak premi yang lari ke perusahaan reasuransi asing. "Walaupun bila digabung belum terlalu besar untuk menyaingi asing, tapi setidaknya perlahan-lahan kita bisa mengambil pasar itu,” katanya.
Dahlan menargetkan proses kajian dan inbreng akan berjalan lancar. “Harapannya tiga bulan sudah terwujud, saya harap induk-induk(usahanya)-nya bisa melepaskan.”
Rencana pembentukan perusahaan reasuransi besar sebenarnya bukan ide baru. Dalam rapat dengar pendapat di Komisi Keuangan pada 18 Februari 2013, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Deputi Bidang Usaha Jasa Kementerian BUMN, dan Komisi XI sempat membahas pembentukan BUMN reasuransi tersebut.
Ketua Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK, Firdaus Djaelani ketika itu mengatakan per tahun 2012 premi yang keluar ke asing mencapai Rp 11 triliun dengan defisit net sekitar Rp 6,5-7 triliun. Menurut dia, untuk membuat perusahaan reasuransi berskala besar minimal dibutuhkan modal Rp 5 triliun.
Menurut Firdaus, digabungkannya tiga anak usaha BUMN (PT Reasuransi Nasional Indonesia, PT Tugu Reasuransi Indonesia, dan PT Reasuransi Internasional Indonesia ) hanya bisa mengumpulkan modal Rp 1 triliun. “Maka itu di lain pihak juga dibutuhkan penyertaan modal negara,” katanya.
Menanggapi wacana pemberian penyertaan modal, Dahlan belum mau bicara banyak. Dia mengatakan sedang berfokus pada proses inbreng dari empat perusahaan asuransi tersebut. “Saya belum bicara ke situ dulu. Menyatukan empat ini perlu energi yang besar,” katanya.
ANANDA PUTRI
Terhangat
Dinasti Banten | Setahun Jokowi-Ahok | Pembunuhan Holly Angela
Berita terkait
INFOGRAFIS: Riwayat Cek Pelawat
Ribetnya Pindahan Tiga Sosialita KPK
Miranda di Tahanan, Disertasi dan Cat Rambut
Kesaksian Berantai Penjerat Miranda