TEMPO.CO, Surabaya - Pemain Persebaya Surabaya era 1980-an, Budi Yohani, menyatakan prihatin dengan kasus sengkarut dua Persebaya saat ini. Gelandang elegan yang ikut mengantarkan Persebaya juara Perserikatan tahun 1988 ini meminta PSSI menghormati sejarah Persebaya. "Saya prihatin dengan pembubaran Persebaya," kata Budi kepada Tempo, Jumat, 17 Oktober 2013.
Budi menyesalkan langkah PSSI yang mendepak Persebaya 1927 dari babak play off Liga Primer Indonesia untuk berebut tiket kasta tertinggi liga musim depan. Menurut dia, Persebaya 1927 adalah yang asli karena beranggotakan pemilik-pemilik klub atau SSB. "Persebaya merupakan wadah pemilik klub untuk menyalurkan pemain. Kalau Persebaya dibubarkan, gimana nasib SSB dan klub anggotanya," kata Budi.
Dia juga menilai manajemen kompetisi PSSI tidak bagus. "Aturannya enggak jelas," katanya. Karena itu, dia meminta agar PSSI tegas. "PSSI harus melihat sejarah Persebaya serta pemain-pemain yang dulu. PSSI jangan sembarangan," katanya.
Hal yang sama juga dikatakan Budi Santoso, pemain Persebaya 1960-an. "Bahaya yang dilakukan PSSI itu dengan tidak pengakui Persebaya yang didirikan di Karanggayam," kata dia.
Persebaya yang asli adalah yang berdiri di Karanggayam. Persebaya 1927, kata dia, telah banyak melahirkan para pemain nasional. "Yang terbaru adalah Evan Dimas. Kalau Korea Selatan menggugat, akan bahaya. Negara bisa malu nanti," ujarnya.
Seperti diberitakan, PSSI tidak mengakui Persebaya yang berlaga di LPI serta tidak menyertakannya dalam babak play off peserta Liga Super Indonesia yang digelar PSSI.
DAVID PRIYASIDHARTA