TEMPO.CO, Manila - Eileen Rose Carabaña dan ibunya berada di desa rumah mereka di daerah pegunungan di Bohol, ketika gempa bumi berkekuatan 7,2 skala Richter melanda pulau di Filipina itu, Selasa lalu. Carabaña panik. Namun, belum sempat jauh meninggalkan rumah, dia merasakan sakit yang intens di perutnya, tanda persalinan segera datang.
Tak ada tenaga lagi baginya untuk berjalan menuruni bukit menuju rumah sakit terdekat di Calape, sebuah kota pesisir yang hancur akibat gempa yang menewaskan sedikitnya 158 orang dan menghancurkan ribuan rumah itu. "Saya hanya mengkhawatirkan bayi saya karena saya sudah tak bisa menahan rasa sakit lagi," kata wanita 19 tahun ini mengenang.
Dibantu warga lain, dia sampai di rumah sakit. Di tempat ini, Carabaña menemukan pasien lain sedang dievakuasi ke tenda di luar gedung rumah sakit. "Bayi saya keluar berbarengan dengan tanah bergetar keras karena gempa susulan," katanya. Anaknya, James Lyndon, lahir selamat dengan berat 2,4 kilogram.
Carabaña adalah satu dari lima ibu muda yang melahirkan di Calape saat gempa melanda Pulau Bohol itu. Ada juga seorang ibu yang melahirkan bayinya dalam kondisi kritis dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sempat diresusitasi, kini bayi dan ibunya dirawat di rumah sakit yang lebih besar di Ibu Kota Manila. Namun, kata Meneleo Guibao, perawat rumah sakit, tak ada kabar mengenai kondisi keduanya.
Wali Kota Calape Sulpicio Yu mengatakan bahwa hampir 90 persen bangunan di kota dengan populasi 32 orang ini rusak, bahkan hancur. Namun hanya ditemukan lima korban tewas. Ia menyatakan daerahnya adalah langganan bencana, mulai dari topan, tanah longsor, hingga gempa bumi.
AP | TRIP B