TEMPO.CO, Jember - Landasan pacu atau runaway Lapangan Terbang Notohadinegoro Jember mulai diperpanjang. "Mulai saat ini diperpanjang dari 1.200 meter menjadi 1.600 meter," kata Bupati Jember Muhamad Zainal Abidin Djalal usai melakukan kunjungan ke lapangan terbang tersebut, Senin, 21 Oktober 2013.
Djalal menambahkan, perpanjangan landasan pacu itu ditargetkan selesai akhir 2013 ini. Sedangkan pada 2014 akan ditambah lagi panjangnya 400 meter. Dananya disiapkan dalam APBD 2014.
Djalal optimistis pesawat penerbangan komersial akan kembali terbang di Jember. Sebab, selain memperpanjang landasan pacu, fasilitas penunjang operasional Lapangan Terbang Notohadinegoro terus dilengkapi.
Dalam beberapa pekan terakhir, pembicaraan dengan maskapai PT Garuda Indonesia dilakukan secara intensif. Rencananya, Garuda akan membeli dan mengoperasikan pesawat jenis ATR berkapasitas 70 kursi untuk beberapa bandara perintis, termasuk di Jember. Sabtu pekan lalu, pembicaraan dengan pihak Garuda kembali dilakukan.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember Djuwarto mengatakan, perpanjangan landasan maupun penambahan fasilitas operasional Lapangan Terbang Notohadinegoro akan dikebut agar cepat bisa doperasikan.
Djuwarto tidak merinci apa saja fasilitas penunjang yang akan dilengkapi. "Ya, yang rusak akan perbaiki, yang kurang lengkap, kami lengkapi,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo, lapangan terbang yang dibangun dengan biaya sekitar Rp 30 miliar, yang berasal dari APBD 2003 – 2008, berkali-kali mangkrak.
Lapangan terbang yang terletak di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, sekitar 7 kilometer arah selatan Kota Jember itu, pada 2005 diresmikan dengan uji coba penerbangan dari Bandara Juanda, Surabaya. Ikut pula terbang Presiden saat itu, KH Abdurrahman Wahid, yang didampingj Hatta Radjasa, yang saat itu Menteri Perhubungan.
Masa beroperasinya hanya bertahan tiga bulan. Selain merugi, juga dililit kasus korupsi yang merugikan keuangan negara Rp 5,7 miliar. Dalam kasus itu, Kejaksaan Agung menetapkan tiga orang tersangka, yakni Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember saat itu, Sunarsono, Direktur Utama Perusahaan Daerah Perkebunan Jember Syafril Jaya, dan Direktur Aero Ekspress Internasional Raymont Mailangkai.
Pada 2012, sempat beberapa saat digunakan sebagai sekolah pendidikan penerbangan, tapi lapangan terbang itu kembali mangkrak. Sempat pula direncanakan sebagai bengkel perbaikan pesawat terbang, namun tidak ada investor yang berminat.
MAHBUB DJUNAIDY