TEMPO.CO, Yogyakarta - Upacara panggih atau bertemunya pengantin perempuan dan laki-laki pada pernikahan Kanjeng Ratu Hayu, putri Sultan Hamengku Buwono X, dengan Kanjeng Pangeran Notonegoro, yang bekerja sebagai diplomat, berlangsung di Bangsal Kencono Keraton Yogyakarta, Selasa, 22 Oktober 2013.
Notonegoro meninggalkan Bangsal Kasatriyan dengan iringan gending Ladrang Pengantin. Notonegoro berjalan dengan didampingi oleh kerabat Keraton Kanjeng Gusti Pangeran Hadiwinoto. Setiba di Bangsal Kencono, Notonegoro berdiri di bagian utara bangsal menghadap ke selatan.
Tak lama berselang, abdi dalem edan-edanan berjalan. Ini adalah kelompok abdi dalem yang berlagak gila dengan rias wajah yang lucu. Gusti Pembayun, putri Sultan lainnya, berjalan mendahului keluarnya pengantin putri Ratu Hayu.
Upacara panggih dimulai setelah Gusti Kanjeng Ratu Hemas, permaisuri Sultan Hamengku Buwono X, memberi isyarat. Upacara panggih diiringi dengan gending penghormatan, Gendhing Bindri. Pengantin putri dan pengantin laki saling melempar gantal, daun sirih yang telah dilipat-lipat.
Keduanya berjalan saling mendekat. Setelah itu, pengantin pria memecahkan telor tanpa menggunakan selop. Selanjutnya, Ratu Hayu membasuh kaki Notonegoro. Pengantin pria selanjutnya turun mengenakan selop.
SUNUDYANTORO