TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya data tenaga kerja di Amerika menyebabkan pelemahan dolar, sehingga berimbas pada apresiasi nilai tukar rupiah. Di pasar uang, Rabu pagi, 23 Oktober 2013, rupiah menguat 27 poin (0,23 persen) ke level 11.265 per dolar Amerika. Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah berada di level 11.292 per dolar.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan data penambahan tenaga kerja non-pertanian di Amerika yang di bawah ekspektasi membuat nilai tukar dolar melemah. "Data itu membuat ekspektasi pengurangan stimulus (tapering) ditunda lebih lama lagi."
Penyerapan tenaga kerja hanya bertambah 148 ribu orang di bulan September, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebanyak 180 ribu orang. Walaupun data pengangguran terpangkas ke 7,2 persen, namun pasar menganggap shutdown kemarin telah berdampak buruk pada penyerapan tenaga kerja.
Ekspektasi diteruskannya stimulus Bank Sentral Amerika (The Fed) karena buruknya penyerapan tenaga kerja telah membuat pasar keuangan bergairah pagi ini. Indeks saham di bursa New York dan Asia sama-sama bergerak naik, sejalan dengan indeks dolar yang terjerembab ke level 79,23.
Bagi rupiah, semakin tinggi ekspektasi stimulus, semakin baik kondisi kurs dalam jangka pendek. "Penundaan tapering akan menjaga likuiditas dolar yang dibutuhkan untuk membiayai defisit neraca pembayaran dan kewajiban luar negeri swasta," ungkap Rangga.
Rangga memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 11.250 hingga 11.290 per dolar Amerika. "Bank Indonesia akan tetap menjaga rupiah agar tetap stabil demi menekan risiko gagal bayar sekaligus membantu meningkatkan nilai ekspor."
PDAT | M. AZHAR
Berita Terpopuler:
Vicky Prasetyo Senang Bisa Meng-Islam-kan Corrien
Wah, Wali Kota Airin Dalam Incaran KPK
Uang Rp 2,7 Miliar Bukti Suap Baru Akil Mochtar
Kasus Pelecehan Seksual di SMP 4 karena Kepolosan
Marzuki Alie: Ada Duit Suap ke Kongres Demokrat