TEMPO.CO, Jakarta - Dugaan penyimpangan proyek kesehatan di wilayah Provinsi Banten meluas. BPK menemukan setidaknya tiga indikasi penyimpangan dalam pengadaan alat kesehatan yang nilainya mencapai Rp 30 miliar. Tak heran, angka gizi buruk tetap tinggi dan kondisi kesehatan anak di Banten memprihatinkan. (Baca juga: Dinasti Keluarga Atut & Kemiskinan di Banten)
Data Kementerian Kesehatan menyatakan, dengan jumlah 5.043 anak penderita gizi buruk pada 2012, Provinsi Banten menempati peringkat ketiga se-Indonesia sebagai daerah dengan jumlah penderita gizi buruk terbanyak. Penyebab gizi buruk di Banten antara lain adalah lemahnya daya beli masyarakat, penyakit saluran pernapasan akut, serta asupan makanan dan pola asuh orang tua lantaran pengetahuan tentang gizi yang terbatas.
Anggaran pemerintah Banten untuk penanganan gizi buruk terus ditambah dalam tiga tahun terakhir yakni, tahun 2010 sekitar Rp 2,5 miliar, meningkat pada 2011 menjadi Rp 5,4 miliar, dan meningkat lagi pada 2011 menjadi sekitar Rp 9,7 miliar. Namun, kasus gizi buruk di Banten tetap tinggi.
Seperti dikutip dari Bantennews, seorang anak bernama Saehul Umam, 2 tahun, warga Ciwedus, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, hanya mampu duduk dan berbaring akibat menderita gizi buruk. Padahal, anak lain seusianya sudah mampu berjalan dan bermain sebagaimana mestinya.
Ibunya, Umayah, 37, hanya pasrah melihat kondisi anaknya karena tak punya biaya untuk memeriksakannya ke rumah sakit. Dokter puskesmas menyatakan Saehul Umam menderita gizi buruk. Kondisi tubuh dan kaki Saehul Umam kurus dengan kepala membesar serta perut buncit sedari lahir.
Tak hanya persoalan gizi buruk, kondisi dan penanganan kesehatan balita secara umum di Banten terbilang memprihatinkan. Doni, balita berusia 5 tahun meninggal karena menderita kanker getah bening pada Sabtu, 19 Oktober 2013.
Orang tuanya berusaha mengobati Doni dengan mengandalkan dana relawan yang banyak digalang melalui media sosial. Padahal, rumah mereka berjarak sekitar 500 meter dari rumah Wali kota Serang Tubagus Haerul Jaman. "Belum pernah ada bantuan dari pemerintah meski kami pernah mengajukan," kata ayah Doni, Chaerudin.
Kasus gizi buruk dan kesehatan balita di Banten ini sangat kontras dengan temuan KPK di rumah adik Gubernur Banten, Atut Chosiyah, Tubagus Chaeri Wardana. Ditangkapnya Wawan --panggilan Chaeri Wardana-- membuka berbagai kasus dugaan korupsi, termasuk di bidang kesehatan.
Jaringan bisnis keluarga Gubernur Atut dan Wawan merambah proyek alat kesehatan dan rumah sakit. Sejumlah perusahaan yang diduga terkait dengan Chaeri muncul sebagai pemenang lelang. (Lihat: 11 Kantor Bisnis Keluarga Ratu Atut)
YANDI
Berita Terkait
INFOGRAFIS Selingkuh Politik-Bisnis Dinasti Keluarga Atut
Dinasti Atut: Apapun Proyeknya, Wawan Muaranya
Tren Korupsi Banten, Temuan BPK: Main Proyek Nyawa
Suami Atut Stroke Tetap Nyaleg, Ini Kata Bawaslu