TEMPO.CO, Makassar – Aksi organisasi buruh Sulawesi Selatan, Front Samurai, yang merazia karyawan di sejumlah perusahaan di kawasan industri Makassar, Senin, 28 Oktober 2013, memancing kericuhan. Keributan terjadi antara pengunjuk rasa dan pihak pengamanan perusahaan.
Dalam aksi razia karyawan ini, tidak semua perusahaan memberikan izin kepada karyawannya untuk bergabung. “Setelah kami memberikan pengertian, keributan dapat direda. Mereka pun memberikan izin,” kata koordinator Front Samurai, Salim Syamsul.
Menurut Salim, razia seperti ini akan berlangsung hingga Rabu besok, tepatnya H-1 menjelang puncak peringatan hari mogok nasional buruh pada 31 Oktober-1 November mendatang. Razia dimaksudkan untuk memanggil para karyawan perusahaan untuk bergabung di hari mogok buruh.
Setelah menyisir kawasan industri. Rencananya besok, massa Front Samurai akan bergerak ke kawasan Jalan Tol Ir. Sutami untuk melakukan hal serupa. “Kami berharap 50 persen karyawan dari setiap perusahaan bisa bergabung dalam aksi nanti. Kami tak menargetkan berapa banyak massa. Pokoknya semaksimal mungkin,” ujar Salim.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sulawesi Selatan Latunreng sebelumnya meminta kepada kalangan buruh yang akan melakukan unjuk rasa besar-besaran agar tetap tertib, sehingga kegiatan perekonomian di daerah ini dapat berjalan normal. Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengaku cukup optimistis demontrasi buruh akan tetap memperhatikan rambu-rambu dalam menyampaikan aspirasi.
“Memang akselerasinya tinggi, tetapi tertib dan damai. Sama seperti Pakararena, irama gendang sangat kencang, tetapi penarinya tetap tenang,” kata Syahrul saat menghandiri rapat koordinasi di Markas Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, pekan lalu.
IRFAN ABDUL GANI