TEMPO.CO, Surabaya -- Ahli waris Wage Rudolf Supratman kecewa dengan pemerintah yang tidak kunjung memperjelas status biola bersejarah milik sang komponis yang dititipkan di Museum Sumpah Pemuda. Keponakan WR Supratman, Oerip Soedarman, mengatakan dia sudah dua kali mengirim surat ke Presiden melalui Menteri Sekretaris Negara.
Surat pertama diantarkan sendiri ke kantor Menteri Sekretaris Negara pada 14 Desember 2004. Selain ke Mensesneg, tembusan surat juga dikirim ke kantor Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Adapun surat kedua dikirim pada 16 April 2007.
"Kami hanya minta kejelasan. Kalau pemerintah ingin mengambil biola tersebut menjadi milik negara, silakan asal kami diberi kompensasi. Kompensasi tidak harus berupa uang, berbentuk piagam saja kami sudah senang," kata Oerip, 79 tahun, Senin, 28 Oktober 2013.
Dua kali surat dikirim, dua kali pula tidak ada respon dari kementerian. Oerip kemudian mencoba menempuh jalur lain melalui pesan pendek ke nomor pengaduan yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2010. Namun, hasilnya sama saja. "Dua kali saya kirim SMS, dijawab secara otomatis "sudah diperhatikan"," ujar Oerip.
Menurut Oerip, status biola itu masih milik WR Supratman. Sebab pada 1978, biola itu sengaja dititipkan ke museum oleh kakak sulung Supratman, Ny Roekijem Soepratijah. "Dititipkan demi keamanan. Karena saat itu ada perempuan bernama Salamah yang mengaku-ngaku bekas istri WR Supratman ingin mengambil biola," ujar Oerip.
Oerip khawatir biola WR Supratman makin tak terawat. Sebab, pada 2007 ia bersama Suhendro, anak Gijem Supratijah (adik bungsu WR Supratman), pernah mendatangi Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya 106 untuk melihat kondisi biola. Suhendro meninggal dua tahun lalu dalam usia 85 tahun.
Setelah dikeluarkan dari kotak penyimpanan, ternyata putaran senar di kepala biola yang seharusnya berjumlah empat buah hilang satu. Satu senarnya juga putus. Tapi ketika dicoba digesek oleh Suhendro, biola tersebut masih berfungsi dengan baik. "Mas Suhendro girang bukan main karena dia pernah memainkan biola itu saat masih kecil di Surabaya," kata Oerip.
Oerip berharap, dengan menjadi milik negara, pengamanan biola yang pernah dipakai WR Supratman memimpin lagu Indonesia Raya dalam Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 itu bisa lebih terjamin. "Kalau biola itu sampai jatuh ke balai lelang di London, yang ngaplo semua bangsa Indonesia," kata dia.
KUKUH S. WIBOWO
Berita terkait:
Edsus Sumpah Pemuda
Rahasia Kisah Asmara W.R Soepratman
W.R. Soepratman Jadi Tokoh Pergerakan
W.R. Soepratman, Biola dan Musik Jazz