TEMPO.CO, Bukittinggi - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merumuskan rencana aksi peningkatan produksi pangan dalam negeri bersama sejumlah gubernur, menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, pejabat tinggi negara, dan pelaku usaha dalam rapat koodinasi di Balai Sidang Bung Hatta Bukittinggi, Selasa, 29 Oktober 2013.
"Saat ini yang paling penting, bagaimana kita sekarang dan ke depan meningkatkan kecukupan dan ketahanan pangan di Tanah Air," ujar SBY.
Solusinya, dengan meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas pangan. Terutama, kata SBY, komoditas strategis, seperti beras, jagung, gula, daging sapi, dan kedelai. "Makanya, kita manfaatkan kesempatan ini, dengan menyusun rencana aksi yang sekaligus kita jalankan," ujarnya.
Menurut SBY, pada 2007, dengan beberapa gubernur saat itu, sudah ada pencanangan rencana aksi dalam meningkatkan produksi beras. "Sasaran bisa dicapai dan hasil nyata," ujarnya.
Jadi, kata SBY, peningkatan produksi pangan sangat diperlukan. Sebab, jika harga pangan tak stabil, cenderung terjadi kenaikan harga pangan. Intinya, makin banyak produksi pangan, harga akan stabil. Tapi jika produksi berkurang dan kebutuhan meningkat, harga tak akan stabil. "Ini urusan produksi dan konsumsi," ujar SBY.
Produksi pangan di tahun-tahun yang lalu disebut mencukupi untuk Indonesia. Sebab, jumlah penduduk masih sedikit dan konsumen komoditas pangan belum banyak. "Sekarang makin banyak jumlah penduduk, permintaan komoditas pangan juga tambah banyak. Itu yang menyebabkan kekurangan. Jika produksinya tak lebih," ujarnya.
SBY mengaku, tak baik jika negara ini tergantung pada impor. "Jadi, jika ada gejolak pangan. Kita tak harus impor," ujarnya.
SBY berharap, pada pertemuan di Bukittinggi ini ada putusan dalam bentuk rencana aksi yang akan dikerjakan setahun ini. "Nanti saya juga akan sampaikan ke presiden berikutnya. Agar yang kita rumuskan ini tetap berjalan dan disempurnakan. Sehingga lebih matang," ujarnya.
ANDRI EL FARUQI