TEMPO.CO, Solo--Komite Museum Radya Pustaka menemukan seratusan buku yang tersimpan di salah satu lemari di museum tersebut. Lemari kayu tersebut terkunci selama puluhan tahun tanpa pernah dibuka.
Ketua Komite Museum Radya Pustaka, Purnomo Subagyo mengatakan bahwa lemari kayu itu berada di ruang utama bangunan museum. "Merupakan salah satu benda pajangan dan tidak pernah dibuka lantaran tidak ada kuncinya," katanya.
Keberadaan buku yang diduga barang kuno itu diketahui saat para pekerja hendak memindahkan lemari yang bertuliskan 'almari kerja' itu. Kebetulan, saat ini museum tertua di Indonesia itu tengah direnovasi. "Koleksi yang ada di dalam harus dipindahkan," kata Purnomo.
Ternyata, lemari kayu tersebut cukup berat lantaran ada isinya di dalam. Para pekerja berinisiatif untuk membongkar lemari tersebut agar bisa dipindah lebih mudah. Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perangkat furnitur tua itu.
Saat dibuka, ternyata di dalam lemari tersebut terdapat lebih dari seratus buku yang terlihat berusia tua. Menurut Purnomo, kondisinya kotor dan berdebu lantaran tidak pernah disentuh maupun dibersihkan.
Dia memastikan bahwa lemari tersebut memang tidak pernah dibuka sejak puluhan tahun silam. "Sebab memang kuncinya juga tidak ada," kata Purnomo. Pengurus museum yang terdahulu juga mengaku tidak memiliki kunci lemari tersebut.
Menurut Subagyo, pihaknya belum mendata jenis-jenis buku yang ditemukan itu. "Baru kita simpan untuk dibersihkan," katanya. Dia yakin buku-buku memiliki nilai tinggi sehingga disimpan terpisah dengan buku yang lain.
Temuan seratusan buku itu akan menambah koleksi buku di perpustakaan museum. Berdasarkan data Balai Peninggalan Cagar Budaya Jawa Tengah 2007, terdapat 3.619 buku yang tersimpan di perpustakaan Radya Pustaka. Dari sejumlah buku yang dimiliki, sekitar 400 diantaranya merupakan manuskrip naskah yang ditulis tangan.
Ketua Jurusan Sastra Daerah Universitas Sebelas Maret (UNS), Supardjo juga yakin bahwa buku-buku tersebut bernilai tinggi. Sebab, selama ini Radya Pustaka memang menyimpan sejumlah karya sastra yang berkategori masterpiece.
Dia menjelaskan, buku masterpiece adalah naskah kuno tulisan tangan dan hanya dibuat satu buah oleh penulisnya. "Salah satunya adalah Qur'an Jawa," katanya. Banyaknya naskah masterpiece itu membuat Radya Pustaka menjadi rujukan bagi peneliti maupun mahasiswa.
Supardjo mengatakan bahwa pihaknya berencana akan melakukan digitalisasi terhadap buku-buku kuno yang ada di Radya Pustaka. "Kerjasama dengan museum akan ditandatangani pekan ini," katanya.
Proses digitalisasi akan dilakukan melalui beberapa cara. "Tahap akan naskah-naskah tersebut akan disalin dengan mikro film," katanya. Selanjutnya, buku-buku itu akan ditulis ulang, baik sesuai naskah aslinya maupun dialihbahasakan.
AHMAD RAFIQ
Berita terkait:
Museum Tertua di Indonesia Berulang Tahun ke-123
Anggaran Revitalisasi Museum Rp 149 Miliar
Museum Gajah Kecurian Empat Artefak Emas
Museum Radya Pustaka Tutup Kunjungan Wisatawan