TEMPO.CO, Mataram--Para terpidana teroris melakukan rekrut "calon pengantin" di penjara. Mereka menjadikan para santri yang semula menjadi pelaku kriminal karena ekonomi menjadi pelaku kriminal karena jihad. Mereka melakukan perampokan untuk kepentingan perjuangannya. Jumlahnya tidak terhitung namun disebut cukup banyak.
Aktivis Jamaah Islamiyah Ustadz Abdul Rahman Ayub mengemukakannya dalam diskusi dengan Badan Nasional Penanggulangan Teroris di Mataram, Rabu 30 Oktober 2013 siang. "Ini bukan berita kosong. Semula mereka mengaji. Sedikit dipoles menjadi teroris," kata Abdul Rahman Ayub yang hadir dalam diskusi bersama jurnalis di Mataram, Rabu 30 Oktober 2013.
Ia berada di Mataram bersama Deputi I BNPT Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Mayjen TNI Agus Surya Bakti, dan Deputi II BNPT Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Inspektur Jenderal Arief Dharmawan, Direktur Pencegahan BNPT Komisaris Besar R. Antam Novamber.
Penjelasan Rahman Ayub tersebut merupakan hasil keliling penjara. Jumlahnya banyak namun tidak terhitung. Para tokoh teroris itu di dalam penjara mengajar mengaji sehingga mendapatkan santri baru yang kelak direkrut sebagai calon pengantin (relawan bom bunuh diri). "Mereka merampok karena tujuan keyakinan," ujarnya. Apalagi prosedur dalam kelompok teroris tidak seketat dulu, harus menjalani baiat terlebih dahulu.
Agus Surya Bakti yang baru saja menikah dengan artis Bella Saphira juga mengemukakan bahwa sebenarnya pelaku teroris tidak menjadi bertambah banyak. Namun, mereka melakukan pergerakan dari satu kota ke kota lain. Misalnya di Medan, Solo, atau Makassar dan Poso. "Orangnya itu-itu saja. Jumlahnya kecil tapi membuat gelisah masyarakat," ucapnya.
Agus Surya Bakti mengatakan kegiatan bertemu jurnalis ini mengingat media merupakan mitra utama BNPT dalam melaksanakan strategi kontraradikalisasi atau penangkalan ideologi terorisme dan radikalisme kepada seluruh masyarakat. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui informasi terkini dari berbagai belahan dunia. Media juga menjadi target teroris untuk melakukan propaganda kepada masyarakat. Karena itu, BNPT mengajak media untuk menyamakan persepsi agar bersama-sama mencegah terorisme.
Provinsi NTB merupakan provinsi kesepuluh yang dikunjungi BNPT dalam rangka membangun sinergi dan kebersamaan dengan media lokal tahun 2013. Sebelumnya program serupa dilakukan BNPT di Banten, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Maluku.
Sinergi dengan media lokal dilakukan agar informasi mengenai pencegahan terorisme sampai ke tengah masyarakat luas. "Dengan begitu diharapkan masyarakat dapat terlibat secara langsung dalam pencegahan terorisme di lingkungannya masing-masing," katanya.
SUPRIYANTHO KHAFID
Berita populer:
Beredar Foto Bugil Polwan, Polda Lampung Geger
Begini Modus Suap untuk Pejabat Bea Cukai
Ini Perjalanan Karier Heru Sulastyono di Bea Cukai
Detik-detik Menegangkan Penangkapan Heru