TEMPO.CO, Jakarta - Kombinasi penguatan dolar di pasar global dan ekspektasi defisit neraca perdagangan membuat pertahanan rupiah jebol ke level 12.000 per dolar Amerika.
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah kembali terdepresiasi 98 poin (0,88 persen) ke level 11.273 per dolar Amerika. Menguatnya indeks dolar terhadap mata uang utama dunia membuat rupiah kembali melanjutkan pelemahan.
Ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan keputusan The Fed yang menegaskan bahwa perekonomian belum cukup kuat untuk dibiarkan berjalan tanpa stimulus justru membuat posisi dolar semakin kuat. "Pasar melihat The Fed belum terang-terangan menyatakan sampai kapan penundaan tapering dilakukan."
Hasil pertemuan bank sentral Amerika itu pada Selasa, 29 Oktober 2013, kemarin menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika belum pulih, ditunjukkan dengan performa sektor perumahan yang melambat. Namun, di sisi lain, penyerapan tenaga kerja menunjukkan perbaikan. Pernyataan itu kemudian ditafsirkan beragam oleh pelaku pasar sehingga kembali memicu suasana ketidakpastian.
Dari dalam negeri, rupiah juga tertekan oleh tingginya permintaan dolar pada akhir bulan. Pelaku pasar juga masih cenderung mencari aman menjelang pengumuman data ekonomi hari ini. "Pelaku pasar kembali khawatir neraca perdagangan kembali defisit."
Meski Bank Indonesia telah menyatakan bahwa defisit neraca pembayaran akan membaik di ketiga, namun belum menjadi jaminan bagi pelaku pasar. Sebab, hitungan BI juga dipengaruhi impor yang melambat dan ekspor yang belum pulih. Di samping itu, keadaan neraca modal dan finansial justru diperkirakan memburuk di kuartal ketiga.
PDAT | M. AZHAR