TEMPO.CO, Jakarta - Enam mobil itu terparkir rapi di halaman rumah di Jalan Aselih No 49, Ciganjur, Jakarta Selatan. BMW320i putih lansiran terbaru berpelat B 322 NAI, Honda City tipe Z perak berpelat B 1397 WEP serta Honda CRV model terbaru bercat putih memenuhi pelataran seluas lapangan dua kali lapangan basket itu. Sebuah Toyota Avanza, Honda Jazz serta truk Isuzu Elf juga terparkir di sana di bawah naungan kanopi besi yang desainnya mirip panggung konser musik. Di ujung pelataran, rumah kayu dua lantai berdiri megah. Hamparan tanah disamping rumahnya dengan pepohonan yang tumbuh rindang membuat rumah itu tampak asri.
Tulisan Indonesia Karate-Do Dojo 212 terpampang di kaca hitam rumah milik Yusran Arief itu. Seorang pria gempal berbaju hitam ditemani temannya yang berbadan tegap dan potongan rambut cepak keluar ketika Tempo mengetukkan rantai besi yang mengikat pagar hitam rumah. “Pak Yusran tidak ada di rumah, ibunya juga sedang di Badan Reserse Kriminal Mabes Polri,” ujar pria bernama Yani, yang mengaku keluarga Yusran, kepada Tempo.
Yusran saat ini memang tak lagi menempati rumah kayunya yang asri. Selasa pekan lalu, penyidik Direktorat Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri menjemputnya di kediamannya itu. Yusran ditangkap setelah tim pimpinan Komisaris Besar Agung Setia Iman Efendi mencokok sahabatnya, Kepala Subdirektorat Ekspor Impor Direktorat Jenderal Bea Cukai Heru Sulistyanto. Yusran dituding menyuap Heru sebesar Rp 11,4 miliar dalam bentuk 11 polis asuransi atas nama Heru dan istri keduanya, Widya Wati.
Sejumlah tetangga Yusran mengaku tak tahu soal kejadian Selasa pagi itu. Seorang pemilik warung yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah Heru mengaku hanya melihat dua mobil polisi terparkir di depan rumah Yusran pagi itu. Namun, dia tak tahu jika kedatangan mobil polisi itu untuk menjemput sang empunya rumah. “Saya baru tahu siangnya pas lihat di televisi kalau Pak Yusran ditangkap,” ujar perempuan yang enggan menyebutkan namanya itu.
Dia mengaku simpati dengan kejadian yang menimpa Yusran. Selama ini, Yusran dikenal sebagai seorang dermawan. Meskipun baru sekitar enam tahun tinggal di daerah itu, Yusran dikenal tak segan menghamburkan uangnya untuk kegiatan warga. Bahkan, dia kerap memberikan santunan bagi warga tak mampu. Zakaria, seorang tukang ojek yang biasa mangkal tak jauh dari rumah Yusran, juga mengakui kedermawanannya. Bahkan, anak pertamanya sempat mendapatkan santunan dan khitan gratis dari pria berumur 47 tahun itu. “Kalau masalah uang orangnya enggak berat tangan,” ujarnya.
Soal darimana uang Yusran, mereka mengaku tak tahu-menahu. Hanya saja, menurut mereka, Yusran dikenal sebagai pemilik penyewaan sound system untuk pesta pernikahan, pertemuan dan sebagainya. Zakaria mengaku baru mengetahui dari media jika Yusran adalah pengusaha yang memiliki beberapa perusahaan. “Karena memang tidak pernah ngomongin soal pekerjaan,” ujarnya.
Rini, seorang tetangga Yusran lainnya, menambahkan bahwa Yusran juga dikenal sebagai pengurus Inkado. Rumah Yusran kerap digunakan sebagai tempat latihan atlet-atlet karate dari berbagai daerah. Biasanya, atlet-atlet itu menginap di rumah Yusran selama beberapa pekan. “Itu biasanya kalau lagi mau ada kejuaraan atlet-atletnya pada kumpul latihan d isini,” ujarnya.
Selain sebagai pengusaha, Yusran memang dikenal sebagai pengurus Inkado. Dia sempat duduk sebagai Sekretaris Jenderal Inkado pada tahun kepengurusan 2008-2013 di bawah kepemimpinan Yorrys Y Raweyai. Pemegang sabuk hitam Dan VI ini ternyata juga atlet yang cukup mumpuni. Terbukti dia mampu menyabet medali emas kelas master kumite putra 47–52 tahun pada Kejuaraan Nasional Inkado di Gelanggang Olahraga POPKI Cibubur, Jakarta Timur, pada Januari lalu.
Yorrys, yang kini menjabat sebagai Dewan Guru di Inkado, membenarkan bahwa Yusran adalah mantan sekjen di organisasi olahraga karate itu. Namun, menurut dia, jejak Yusran juga bercacat. Pada Musyawarah Keluarga Besar Inkado Januari lalu, Yusran membuat sempalan setelah dirinya dan calon Ketua Inkado yang gagal, Subagyo, mendeklarasikan diri sebagai Ketua dan Sekjen Inkado. Sementara musyawarah sendiri memutuskan memilih Aldrin Tando sebagai ketua umum. “Dia gengnya memang sama Heru yang ditangkap itu juga,” ujarnya.
FEBRIYAN