TEMPO.CO, Jakarta -- Sejak 2010 hingga 2012, Indonesia telah mengimpor beras rata-rata dua juta ton per tahunnya. Namun, data tiga tahun terakhir yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan surplus.
Indikasi surplus dapat merujuk pada survey BPS tahun 2011 yang menunjukkan konsumsi per kapita sebesar 113 kilogram per tahunnya. Artinya, target swasembada padi sebenarnya sudah terlampaui semenjak tiga tahun yang lalu.
“Namun, saat ini pemerintah memakai data konsumsi beras perkapita 139 kilogram per tahun. Angka ini bukan hasil survei, itu angka kesepakatan politik,” ujar pengamat pertanian, Khudori saat ditelepon Selasa, 5 November 2013 melalui telepon.
Khudori menyebutkan terdapat dua kemungkinan mengapa Indonesia tetap impor beras, kendati dinilai surplus. Kemungkinan pertama adalah data yang dikeluarkan BPS tidak sepenuhnya benar.
Khudori merujuk pada kejadian di tahun 2002 di mana BPS melakukan survei ulang. Survei ulang tersebut diadakan karena merasa sangsi terhadap laporan produksi beras nasional.
“Akhirnya disimpulkan, laporan produksi padi survei sebelumnya 17 persen lebih tinggi dari yang sesungguhnya. Kenapa hasil survei tahun 2002 tidak dijadikan refleksi?” tegas Khudori.
Kemungkinan kedua adalah, memang data dari BPS benar, namun impor tetap dilakukan para importir untuk meraih rantai ekonomi. Memang, harga beras di dunia jauh lebih rendah dibandingkan harga beras dalam negeri. Oleh karena itulah impor dilakukan karena murahnya harga beras luar negeri.
“Untuk di tingkat formal pemerintahan, mungkin untuk menurunkan harga. Namun bisa saja itu untuk meraih keuntungan dalam rantai ekonomi,” ungkap Khudori.
Kesimpulan surplus Khudori dapat dengan mengalikan angka konsumsi perkapita dengan jumlah penduduk tahun ini. Kemudian, angka produksi beras yang diperoleh dari produksi padi (yang menurut BPS sebesar 70, 87 juta ton) dikalikan angka konversi gabah ke beras (0,59). Hasil dari angka produksi yang dikurangi angka konsumsi akan menentukan surplus minusnya produksi padi dalam negeri.
TRISTIA RISKAWATI