TEMPO.CO, Jakarta -- Psikolog forensik Universitas Indonesia, Reza Indragiri, mengatakan insiden penembakan oleh anggota satuan Brimob bisa disebabkan faktor psikologis. Soalnya profesi sebagai polisi memiliki tekanan tinggi sehingga mudah menyebabkan stres.
Oleh sebab itu, pemberian senjata kepada anggota Kepolisian memerlukan seleksi psikologi yang ketat. Kepemilikan senjata, menurut Reza, bisa mendorong orang berbuat kejahatan tanpa motif yang jelas.
"Itu hebatnya efek senjata, kejahatan jadi tidak lazim karena tidak disertai motif," katanya ketika dihubungi pada Rabu, 6 November 2013. Menurut Reza, tingkat stres yang tinggi ditambah dengan kepemilikan senjata bisa menimbulkan penyalahagunaan senjata secara impulsif.
Selain itu, polisi juga cenderung enggan mengakui tekanan batin maupun sakit yang mereka alami alias mengalami John Wayne Syndrome. "Mereka malu mengaku takut dan hina mengaku letih. Buat mereka mengaku sakit itu aib," kata Reza.
Oleh sebab itu, polisi sebenarnya perlu mendapatkan konseling psikologi secara berkala untuk menjaga tingkat stres mereka. Lebih penting lagi, menyeleksi calon polisi sejak awal agar tak berpotensi melakukan tindak kekerasan.
"Seharusnya polisi itu dicari yang memiliki tendensi kekerasan minim, berbeda dengan tentara," kata dia. Soalnya, pekerjaan mereka seharusnya lebih banyak berhubungan dengan pengayoman masyarakat.
Sayangnya, kata Reza, bidang penegakan hukum masih menjadi primadona di kalangan polisi. Padahal, seharusnya pekerjaan polisi meliputi 75 persen pembinaan masyarakat dan 25 persen penegakan hukum.
Diberitakan sebelumnya, oknum Satuan Brimob, Brigadir Satu Wawan menembak satpam kompleks ruko bernama Bachrudin. Insiden itu terjadi di Kompleks Seribu Ruko Galaxy, Komples Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat, pada Selasa, 5 November 2013. Satpam nahas itu tewas di tempat akibat tertembus timah panas di dada kirinya.
ANGGRITA DESYANI
Baca juga:
Mengundang Jokowi Harus Bayar?
Penembak Satpam di Cengkareng Anggota Brimob
Disindir SBY Soal Kemacetan, Ahok Pilih Merendah
Ahok: Mesin Parkir Jakarta Sama seperti Eropa