TEMPO.CO, Jakarta - Euforia berakhir, saham Twitter Inc. akhirnya jatuh 7,2 poin dalam penutupan bursa di New York, Jumat 8 November 2013 atau Sabtu 9 November WIB.
Setelah IPO tiga hari lalu, saham situs microblogging itu sempat meroket hampir dua kali lipat dari harga perdananya sebesar US$26 menjadi US$ 44,9 per saham. Alhasil, dalam aksi korporasinya itu, Twitter berhasil meraup dana segar US$ 2,09 miliar atau sekitar Rp 22 triliun. Angka sebesar itu mengantarkan Twitter menjadi perusahaan teknologi dengan raupan dana terbesar sejak Facebook menjalani debutnya, tahun lalu.
Namun, harga saham perusahaan yang berbasis di San Fransisco itu anjlok ke level US$ 41,65 per saham pada penutupan perdagangan di New York Jumat 8 November 2013. "Pasar masih mencari bentuk idealnya," kata Brian Wieser, analis Pivotal Research Group LLC di New York seperti dikutip Bloomberg. Ia menambahkan, "Itu jelas IPO yang sangat sukses, tapi seiring waktu orang akan membuat penilaian."
Langkah Twitter melantai di bursa setidaknya telah menyita perhatian investor selama dua pekan terakhir. Melalui IPO, perusahaan pengelola jejaring sosial 140 karakter itu mencari dana untuk menghasilkan lebih banyak iklan untuk para penggunanya yang mencapai 230 juta di seluruh penjuru dunia.
PINGIT ARIA
Terpopuler
Tamu Tengah Malam di Rumah Hakim Vica
Pengamat: Aburizal Takut Jokowi Nyapres
Saksi: Istri Piyu Tabrak Rumah Adiguna
Jokowi: Biar Orang Kapok Masuk Busway