TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Budiman mengatakan pihaknya masih menyelidiki penyebab jatuhnya helikopter MI-17 di Malinau, Kalimantan Utara, kemarin. Ia mengatakan pihaknya telah mengirim Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Danpuspenerbad) Brigjen TNI Moch. Afifuddin untuk memimpin investigasi tersebut. "Karena tidak bisa dengan mudah kami simpulkan penyebab kecelakaan ini," kata Budiman, di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta, Ahad, 10 November 2013.
Setelah hasil investigasi diperoleh, baru akan disimpulkan penyebab kecelakaan itu. Budiman berharap investigasi ini bisa rampung dalam tiga hari ke depan.
Ihwal dugaan adanya kerusakan mesin, Budiman dengan tegas membantah. "Tidak ada masalah mesin," katanya. Menurut dia, helikopter memang memiliki kelemahan ketika memasuki celah-celah perbukitan atau jurang. Begitu juga saat melewati kemiringan. Namun untuk memastikannya, dia tetap akan menunggu hasil investigasi. "Jadi, jangan dulu mengatakan karena engine. No!"Malinau memang memiliki wilayah perbukitan dan hutan yang cukup luas. Untuk mencapai pos perbatasan, aparat yang bertugas tidak bisa menggunakan jalur darat. "Satu-satunya cara menggunakan helikopter," ujar Budiman.
Helikopter MI-17, yang mengalami kecelakaan itu, adalah buatan Rusia yang diproduksi pada 2010. Saat tiba di Tanah Air, kondisi helikopter itu masih baru. "Jadi bukan barang bekas," kata Budiman.
Helikopter Komando Daerah Militer VI Mulawarman jenis MI- 17 jatuh di Malinau, kemarin. Pesawat TNI ini disebut-sebut membawa 19 penumpang yang terdiri atas personil Kodam dan warga sipil. Sebanyak 13 penumpang tewas dan enam oerang luka-luka.
PRIHANDOKO
Baca juga:
Pintu Heli MI-17 TNI Pernah Copot di Penjaringan
TNI Akui Pintu Darurat Helikopter-nya Jatuh