TEMPO.CO, Jakarta - Janur kuning mengisahkan tentang peperangan di Yogyakarta yang kemudian dikenal dengan sebutan Serangan Umum 1 Maret. Dalam peperangan tersebut, melibatkan banyak tokoh seperti Soeharto dan Sudirman.
Film kolosal ini mengetengahkan perjuangan fisik di sekitar penyerbuan lapangan udara Maguwo oleh Belanda, dan perebutan kota Yogya yang dipimpin oleh Letkol Soeharto. Tokoh inilah yang menjadi tokoh sentral dan banyak diceritakan perannya dalam perang itu. Namun, ia tak sampai menjadi tokoh utuh, karena karakternya disampaikan hanya satu sisi saja. Film panjang ini lebih bersifat dokumentasi.
Sosok Soeharto yang diperankan Kaharuddin Syah, mengisi hampir seluruh film. Dalam sebuah adegan, Soeharto berjalan tujuh hari tujuh malam untuk mengkoordinir pasukannya. Di sini pula terlihat Soeharto menggagas Serangan Umum 1 Maret. Di satu adegan, warga juga tampak bersuka ria dengan kedatangan Soeharto ke sebuah desa.
Film yang disutradarai Alam Rengga Rasiwan Surawidjaja ini dirilis pada tahun 1979. Film ini juga dinyatakan sebagai film dengan biaya terbesar di jamannya, yakni Rp 350 juta.
Pada bulan September 1998, empat bulan setelah jatuhnya Soeharto, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah menyatakan bahwa film ini tidak akan lagi menjadi bahan tontonan wajib, dengan alasan bahwa film ini adalah usaha untuk memanipulasi sejarah dan menciptakan kultus dengan Soeharto di tengahnya.
RINA ATMASARI
Topik Terhangat
Korupsi Hambalang | SBY Vs Jokowi | Suami Ratu Atut Meninggal | Suap Akil Mochtar | Adiguna Sutowo |
Berita Terpopuler
Nyaris Bangkrut, Eros Bikin Film Tjoet Nya' Dhien
Drama Surabaya Membara Kembali Dipentaskan
Film Soekarno di Ende Segera Digarap
Widyawati:Makna Hari Pahlawan, Mencintai Tanah Air
Jadi Soekarno, Baim Wong Harus Bersuara Berat