TEMPO.CO, Jenewa - Pembicaraan tentang pembatasan program nuklir Iran berakhir tanpa kesepakatan, setelah Prancis keberatan bahwa tindakan yang diusulkan tidak akan memberikan efek apapun. Namun Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mengatakan ada "kemajuan signifikan" terkait sejumlah perbedaan.
Enam kekuatan dunia -- AS, Rusia, Cina, Inggris, Perancis, dan Jerman -- dan Iran sepakat untuk melanjutkan pembicaraan pada 20 November. Kedua belah pihak akan mencari titik temu pada sejumlah kepentingan; AS dan lima mitranya berkepentingan mengerem ambisi nuklir Iran, sementara Teheran mengupayakan pengurangan sanksi yang menyesakkan ekonominya.
Sumber keberatan Perancis adalah pada proyek plutonium Iran dan tingkat program pengayaan uranium. Perunding negara ini menyatakan terlalu mudah untuk melonggarkan sanksi bagi Iran jika hanya menyinggung isu itu.
Kerry, berbicara kepada wartawan setelah pembicaraan bubar, mengakui ada isu-isu tertentu yang perlu pembicaraan lebih mendalam. "Kami berterima kasih kepada Prancis untuk pekerjaan yang kami lakukan bersama, " kata Kerry.
Pembicaraan menunjukkan berbagai kompleksitas yang dihadapi para perunding setelah sikap saling tak percaya antara Iran dan Barat mengental sejak Revolusi Islam 1979. Kesepakatan apapun akan menjadi terobosan setelah hampir satu dekade diskusi sebagian besar mandek.
Namun pembicaraan di Jenewa adalah perundingan tingkat tinggi antara Iran dan AS terpanjang dalam beberapa dekade. Hal ini dibaca sebagian pengamat sebagai tanda membaiknya suasana antara kedua negara sejak Presiden Hassan Rouhani menjabat pada bulan Agustus.
Diplomat Uni Eropa, Catherine Ashton, menyatakan "banyak kemajuan konkret tetapi juga beberapa perbedaan" dalam dialog itu. Sedang Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan dia berharap perselisihan akan diselesaikan pada pertemuan mendatang.
AP | TRIP B