TEMPO.CO, Jakarta - Industri pengemasan diperkirakan tumbuh sebesar 8 persen hingga akhir 2013. "Industri pengemasan memang mengalami perlambatan pertumbuhan akibat kondisi ekonomi global, tapi masih positif dibanding regional lainnya," kata Ketua Federasi Pengemasan Indonesia Henky Wibawa, Senin, 11 November 2013.
Henky menuturkan, industri pengemasan merupakan industri yang bergerak untuk consumer goods. Dengan demikian, dalam masa perlambatan ekonomi seperti saat ini, masyarakat, terutama kelas menengah yang jumlahnya semakin bertambah, akan tetap membeli barang konsumsi yang tentunya menggunakan kemasan seperti plastik, paper, pouch, dan lainnya. Industri pengemasan berkontribusi sebanyak 57 persen konsumsi rumah tangga terhadap GDP.Dia optimis dengan pertumbuhan industri pengemasan pada 2014 nanti. Hal ini juga karena pada tahun depan, adanya pemilihan umum akan membuat pengeluaran pemerintah akan cukup besar. "Ini berefek pada konsumsi. Jadi, kami tetap optimis tahun depan pertumbuhan bisa mencapai 2 digit atau 10 persen,"kata Henky.
Pada 2012, volume produksi industri pengemasan mencapai Rp 54-Rp 56 triliun. Tingkat pertumbuhan ini mengalami perlambatan sekitar 7 persen selama setahun akibat implementasi persetujuan perdagangan bebas. Industri ini masih mengimpor sebanyak 60 persen bahan baku dari Timur Tengah, Cina, Korea, dan Singapura. Kemudian mesin pengemasannya impor dari Jerman, Italia, Spanyol, Jepang, Cina, dan Korea. Di Indonesia saat ini, terdapat sebanyak 300 perusahaan pengemasan.